Dedi Supardi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dedi Supardi
Bupati Cirebon ke-26
Masa jabatan
2003 – 2013
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Sebelum
Pendahulu
Sutisna
Wakil Bupati Cirebon ke-1
Masa jabatan
2000 – 2003
PresidenAbdurrahman Wahid
Megawati Soekarno Putri
Pengganti
Nur Asyik H. Syarif
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1958-12-23)23 Desember 1958
Kuningan, Indonesia
Meninggal2 Juli 2015(2015-07-02) (umur 56)
Cirebon, Indonesia
Partai politikPDI-P (Diberhentikan pada tanggal 23 Agustus 2013)[1]
Suami/istriSri Heviyana
Anak4
PekerjaanPolitikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Drs. H. Dedi Supardi, M.M. (23 Desember 1958 – 2 Juli 2015) adalah Bupati Cirebon yang menjabat sejak tahun 2003 sampai tahun 2013. Pada periode Pertama (2003-2008) dia berpasangan dengan Nur Asyik. Pada Periode kedua (2008-2013) Pemilihan Umum dilakukan secara langsung dan Dedi Supardi berpasangan dengan Ason Sukasa sebagai wakil bupati dan ia memenangkan pemilihan umum kepala daerah.

Dedi Supardi meninggal pada tanggal 2 Juli 2015 di Rumah Sakit Sumber Waras Ciwaringin, Cirebon karena penyakit yang sudah dideritanya sejak tahun 2012.[2][3][4]

Biografi[sunting | sunting sumber]

Kisah hidup Dedi Supardi sebagai anak seorang janda, keluarganya cerai-berai. Bersama ibu dan dua kakak perempuan ia pernah tinggal di gubug berlantai tanah dan garasi kantor pemerintahan. Ia harus rela menggadaikan kebahagiaan masa kecilnya, bahkan masa remaja Dedi yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu pintar harus bertukar dengan kerja keras. Dedi memang manusia biasa, ia pernah sengsara, hidup susah dan nelangsa.

Singkat cerita Dedi lulus kuliah, sempat menganggur delapan bulan, kemudian diterima kerja. Langkahnya merangkak meraih masa depan, mulai dari Tenaga Penyuluh Lapangan di Bandung, diangkat sebagai PNS di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menjadi Sekretaris Bimbingan dan Pengembangan Industri Kecil (BPIK) Kantor Wilayah Cirebon pada tahun 1981, pada tahun yang sama juga, menjadi Pembina Tenaga Penyuluh Lapangan (PTPL) di sentra-sentra industri, seperti mebel kaliwulu, batik trusmi, rotan dan perkapuran.[5] Selanjutnya Dedi menduduki jabatan struktural Kepala Unit Pelayanan Teknis, Kepala TU hingga akhirnya sebagai Kepala Kantor Departemen Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon. Dedi pernah menjabat sebagai Manager Ekspor-Impor PT. Niaga Enam pada tahun 1988-2000.

Riwayat Pendidikan[sunting | sunting sumber]

  1. SD Negeri di Kuningan (1970)
  2. SMP Pasundan II di Garut (1973)
  3. SMA Negeri di Kuningan (1976)
  4. STIA (S1) di Bandung (1987)
  5. STIE Ganesha (S2) di Jakarta (2002)[6]

Karier[sunting | sunting sumber]

Karier politik[sunting | sunting sumber]

Dari titik nol ia mendaki hingga tinggi. Dedi memang memiliki insting politik yang tajam dan akurat, tak heran membawanya ke meja percaturan politik. Mulai dari jabatan Wakil Bupati ia mengabdi, dan empat tahun kemudian, ketika masa jabatan Sutisna-Dedi habis. ia terpilih menjadi Bupati Cirebon yang berhasil menggalang dukungan dari partai PDIP dan menggandeng Nur Asyik sebagai Wakil Bupati Cirebon dari Partai Persatuan Pembangunan. Perjalanan hidup yang sedemikian kompleks telah menempa Dedi, hingga menjadi sosok yang berpengetahuan, berpengalaman dan mampu memimpin.

Selanjutnya, ketika terjadi perubahan aturan dalam pemilihan kepala daerah. Proses pemilihan yang semula dilkasanakan oleh DPRD, kini dialihkan menjadi kewenangan rakyat. Berbekal insting politik yang terbukti dan teruji mengantarkan Dedi ke garda terdepan sebagai Bupati Cirebon periode kedua secara berturut-turut. Resepnya, Ia tidak saja melakukan penggalangan di DPRD, melainkan di luar parlemen dan partai. Seperti kelompok strategis di tengah masyarakat. Dedi yang berpasangan dengan Ason Sukasa akhirnya menang mengungguli dua rivalnya, yakni pasangan Djakaria Machmud-Arief Natadiningrat dan Sunjaya Purwadi Sastra-Abdul Hayi Imam. Kepeduliannya terhadap rakyat mengantarkan kemenangan. Selain tekun merajut karier di pemerintahan, dan bergelut di dunia politik.[butuh rujukan]

Skandal Asmara[sunting | sunting sumber]

Pada pertengahan 2010, Bupati Cirebon Dedi Supardi terlibat skandal dengan penyanyi dangdut seksi, Melinda. Biduanita yang dikabarkan pernah dekat dengan penyanyi Saiful Jamil ini mengaku telah menikah siri dengan Dedi Supardi dan dari pernikahan siri ini, telah lahir seorang anak perempuan bernama Maharani Supardi. Dedi sempat mengelak, namun akhirnya ia mengakui pernikahan sirinya. Dedi menyebut Melinda merupakan masa lalunya.[7]

Meninggal Dunia[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 2 Juli 2015 Dedi Supardi meninggal dunia di Rumah Sakit Sumber Waras Ciwaringin, Cirebon pada pukul 19.15 WIB.[8] Dedi meninggal akibat penyakit yang sudah lama dideritanya sejak 2012 saat masih menjadi Bupati Cirebon. Banyak Pelayat yang hadir di Rumah duka di komplek The Garden Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon di antaranya Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi Sastra, Bupati se wilayah III Cirebon di antaranya Bupati Kuningan Utje Hamid Suganda, dan Para Muspida dan Muspika serta pejabat dan PNS di Kabupaten Cirebon.[4]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Jabatan politik
Didahului oleh:
H. Sutisna, S.H
Bupati Cirebon
2003–2013
Diteruskan oleh:
Drs. H. Sunjaya Purwadi S., M.M., M.Si
Didahului oleh:
-
Wakil Bupati Cirebon
2000–2003
Diteruskan oleh:
Drs. H. Nur Asyik H. Syarif