Damarwulan-Minakjinggo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Damarwulan-Minakjinggo
SutradaraAlim Bachtiar
Djoko S. Koesdiman
ProduserAbdul Moeis Sofyan
Ditulis olehAlim Bachtiar
Djoko S. Koesdiman
PemeranBenny G. Rahardja
Chintami Atmanegara
Minati Atmanegara
Awang Darmawan
Adang Mansyur
Baron Achmadi
Chetty Hawafara
Harun Syarief
George Rudy
Pong Hardjatmo
S. Djati Kusumo
Suroto
Wolly Sutinah
Zainal Abidin
Penata musikGatot Sudarto
SinematograferAsmawi
PenyuntingLilik Sudjio
Tanggal rilis
1983
Durasi131 menit
NegaraIndonesia

Damarwulan-Minakjinggo adalah film Indonesia tahun 1983 dengan disutradarai oleh Alim Bachtiar dan Djoko S. Koesdiman yang dibintangi oleh Benny G. Rahardja dan Chintami Atmanegara.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Minakjinggo (Harun Syarief), Damarwulan (Benny G. Rahardja) selalu diikuti dua punakawannya, Sabda Palon (Suroto) dan Naya Genggong (S. Djathi Kusumo). Sesuai petunjuk kakek dan ibunya, Minakjinggo dan Damarwulan mengabdi di tempat pamannya sendiri, Patih Logender (Zainal Abidin), untuk mengurus kuda.Saat itu Majapahit menghadapi ancaman Adipati Blambangan. Dalam pengabdiannya ia sangat menderita, karena dua putra patih, Layang Seto (Awang Darmawan) dan Layang Kumitir (Pong Hardjatmo) sangat membencinya. Putri Patih satu-satunya, Anjasmoro (Chintami Atmanegara) jatuh hati pada Damarwulan sejak pertama bertemu.

Ancaman Blambangan semakin gawat. Minakjinggo minta penyerahan Majapahit dan Ratu Kencana Wungu (Minati Atmanegara) untuk dijadikan permaisurinya. Suatu malam, Ratu Kencana Wungu mendapat ilham, bahwa seorang pemuda bernama Damarsasongko alias Damarwulan yang dapat mengalahkan Minakjinggo, Raja Blambangan. Maka ia minta Logender untuk mencari pemuda itu. Hal ini membuat iri hati kedua putranya. Damarwulan telah dikawinkan dengan Anjasmoro diutus ke Blambangan. Begitu melihat Damarwulan, kedua istri Minakjinggo, Dewi Wahita (Wieke Widowati) dan Dewi Puyengan (Chetty Hawafara) jatuh hati padanya. Dengan bantuan kedua istri Minakjinggo, akhirnya Damarwulan berhasil memenggal kepala Minakjinggo dengan senjata Gada Besi Kuning milik Minakjinggo yang dicuri oleh Dewi Wahita. Dalam perjalanan pulang, Damarwulan dihadang Layang Seto dan layang Kumitir.

Damarwulan dibuang ke jurang, berhasil diselamatkan oleh arwah ayahnya. Layang Seto dan Layang Kumitir menghadap Ratu Kencana Wungu. Timbul keraguan siapakah yang membunuh Minakjinggo. Damarwulan diadu berduel melawan Layang Seto dan Layang Kumitir. Kemenangan Damarwulan mendapatkan hadiah naik tahta Majapahit dan memperistri Kencana Wungu. Atas petunjuk ayahnya Layang Kumitir bergabung dengan kerajaan lain untuk memberontak. Layang Seto membujuk dua pendekar yang masih saudara Damarwulan untuk mengalahkan Damarwulan. Timbulah perang antar saudara, tetapi bisa dilerai oleh arwah ayah Damarwulan. Dua pendekar tadi akhirnya bergabung dengan Damarwulan untuk menyerang para pemberontak istana Majapahit.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]