Ikan raja laut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Coelacanth Indonesia)
Coelacanth Indonesia
Spesimen Latimeria menadoensis, Tokyo Sea Life Park (Kasai Rinkai Suizokuen), Jepang
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
L. menadoensis
Nama binomial
Latimeria menadoensis
Wilayah L. menadoensis warna ungu

Coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) atau juga disebut di Indonesia: ikan raja laut, adalah salah satu dari dua spesies hidup coelacanth, sejenis ikan purba, yang masih ada hingga kini. Coelacanth Indonesia memiliki ciri berwarna sisik tubuh kecokelatan. Ikan langka ini masuk ke dalam daftar IUCN Red List dengan kategori rentan.[1] Satu spesies lainnya, Latimeria chalumnae (Coelacanth Samudra Hindia Barat) masuk dalam daftar terancam kritis.[2]

Habitat ikan coelacanth Indonesia berada di sekitar perairan Laut Sulawesi, terutama di sekitar Pulau Manado Tua, perairan Malalayang, Teluk Manado, dan di perairan Talise, Minahasa Utara. Habitat ikan coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius.[3] Di Indonesia, spesimen coelacanth Indonesia awetan kering disimpan dalam peti kaca dan dipamerkan di Seaworld Indonesia, Jakarta. Sedangkan di Indonesia, setidaknya ada dua awetan basah coelacanth Indonesia, yakni yang disimpan di Museum Biologi LIPI di Cibinong dan di Manado.[4]

Penemuan[sunting | sunting sumber]

Latimeria menadoensis di perangko Indonesia

Pada tanggal 18 September 1997, Arnaz dan Mark Erdmann, berwisata ke Indonesia untuk berbulan madu. Mereka melihat ikan aneh dijual di pasar Manado Tua, di Sulawesi Utara.[5] Mark mengira ikan itu adalah seekor gombessa (Coelacanth Komoro), meskipun berwarna cokelat, dan bukan biru. Seorang ahli menyadari foto mereka yang diunggah ke internet dan menyadari betapa pentingnya penemuan ini. Kemudian Erdmann menghubungi nelayan setempat dan meminta mereka untuk segera mengirimkan ikan seperti ini, jika ada tangkapan ikan ini kelak. Spesimen Coelacanth Indonesia kedua berukuran panjang 1,2 meter dan berat 29 kg., berhasil ditangkap hidup-hidup pada 30 Juli 1998.[6] Ikan ini sempat hidup selama enam jam, memungkinkan ilmuwan untuk mendokumentasikan lewat foto, warnanya, gerakan sirip, dan perilaku umum ikan ini. Spesimen ini kemudian diawetkan dan disumbangkan ke Museum Zoologicum Bogoriense (MZB), bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).[5]

Tes DNA menunjukkan bahwa spesimen ini secara genetik berbeda dari populasi coelacanth di kepulauan Komoro, Samudra Hindia Barat.[7][8] Secara kasatmata, penampilan coelacanth Indonesia, yang dijuluki penduduk setempat sebagai raja laut, mirip dengan coelacanth Komoro. Perbedaan utamanya adalah warna sisik latar ikan ini, coelacanth Indonesia berwarna cokelat keabu-abuan, sementara coelacanth Komoro berwarna biru keabu-abuan. Ikan ini disebutkan dalam jurnal ilmiah Prancis Comptes Rendus de l'Académie des sciences Paris terbitan tahun 1999, oleh Pouyaud et al. Ikan ini saat itu adalah spesies baru yang diberi nama ilmiah Latimeria menadoensis.[9] Pada tahun 2005, sebuah studi molekuler memperkirakan waktu percabangan antara dua spesies coelacanth adalah sekitar 40–30 juta tahun lalu.[10]

Survei ikan coelacanth oleh Aquamarine Fukushima[sunting | sunting sumber]

  • April 2005: tidak ditemukan ikan coelacanth.
  • Mei / Juni 2006, memotret 7 individu di perairan Buol, Sulawesi Tengah.
  • Desember 2006, memotret 3 individu di Buol.
  • Juni 2007, memotret 1 individu di perairan Malalayang, Manado.
  • 14 September 2009, memotret 1 individu, di Pulau Talise.
  • 24 September 2009, memotret 6 individu di Pulau Talise.
  • 6 Oktober 2009, memotret 1 individu juvenil di Teluk Manado.
  • November 2010, menemukan dan memfilmkan 5 coelacanth di Biak, papua.
  • Mei-Juni 2012, melanjutkan survei di Manado.
  • Juni, 2013, merekam satu coelacanth di Teluk Manado.
  • Agustus 2014, Aquamarine Fukishima membangun fasilitas penelitian coelacanth di Sulawesi.
  • Juni 2015, menemukan 2 coelacanth di Lolak, Sulawesi Utara.*

Ciri dan karakteristik[sunting | sunting sumber]

Pada beberapa kesempatan penelitian langsung di habitat aslinya, Coelacanth ditemukan berdiam di mulut goa batuan lava bawah laut.[4] Secara fisik, sekilas fosil hidup tampak seperti ikan kerapu macan. Loreng-loreng gelap bergigi tajam. Coelacanth Indonesia secara sekilas sangat mirip coelacanth Samudra Hindia Barat (Komoro), akan tetapi warna coelacanth Indonesia berwarna kecokelatan, sementara coelacanth Komoro berwarna kebiruan.

Keunikan paling nyata ikan ini adalah keberadaan sepasang sirip dada, sirip perut, satu sirip anal (bagian belakang bawah), dan satu sirip punggung yang tidak menyatu dengan tubuh, tetapi menjulur, bercuping, dan berdaging seperti tungkai. Untuk tetap pada posisinya, coelacanth menggerakkan sirip perut dan sirip dadanya seperti dayung. Gerakan maju datang dari sirip anal dan sirip punggung belakang. Rahang atas coelacanth dapat bergerak membuka seperti rahang bawah. Dengan kemampuan itu, coelacanth, ikan karnivora, dapat memangsa ikan yang lebih besar. Coelacanth menetaskan telurnya di dalam perut, bukan di luar tubuhnya.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

https://darilaut.id/berita/laporan-khusus/ekspedisi-ikan-raja-laut-coelacanth-aquamarine-fukushima

  1. ^ a b Erdmann, M. (2008). "Latimeria menadoensis". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 2013-12-23. 
  2. ^ Musick, J. A. (2000). "Latimeria chalumnae". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 2013-12-23. 
  3. ^ "Ikan Purba Coelacanth Ditemukan Lagi". Kompas.com (dalam bahasa Indonesia). Kompas.com. Senin, 14 September 2009. Diakses tanggal 4 January 2013. 
  4. ^ a b c "Coelacanth, Ikan" (dalam bahasa Indonesia). Pusat Penelitian BIOLOGI - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Senin, 14 September 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-23. Diakses tanggal 4 January 2013. 
  5. ^ a b Jewett, Susan L., "On the Trail of the Coelacanth, a Living Fossil", The Washington Post, 1998-11-11, Retrieved on 2007-06-19.
  6. ^ Nelson, Joseph S. (2006). Fishes of the World. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 0-471-25031-7
  7. ^ Erdmann, Mark V. (1999). "An Account of the First Living Coelacanth known to Scientists from Indonesian Waters". Environmental Biology of Fishes. Springer Netherlands. 54 (#4): 439–443. doi:10.1023/A:1007584227315. 0378-1909 (Print) 1573-5133 (Online). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-11. Diakses tanggal 2007-05-18. 
  8. ^ Holder, Mark T., Mark V. Erdmann, Thomas P. Wilcox, Roy L. Caldwell, and David M. Hillis (1999). "Two living species of coelacanths?". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 96 (22): 12616–12620. doi:10.1073/pnas.96.22.12616. PMC 23015alt=Dapat diakses gratis. PMID 10535971. 
  9. ^ Pouyaud, L., S. Wirjoatmodjo, I. Rachmatika, A. Tjakrawidjaja, R. Hadiaty, and W. Hadie (1999). "Une nouvelle espèce de coelacanthe: preuves génétiques et morphologiques". Comptes Rendus de l'Académie des sciences Paris, Sciences de la vie / Life Sciences. 322 (4): 261–267. doi:10.1016/S0764-4469(99)80061-4. PMID 10216801. 
  10. ^ Inoue J. G., M. Miya, B. Venkatesh, and M. Nishida (2005). "The mitochondrial genome of Indonesian coelacanth Latimeria menadoensis (Sarcopterygii: Coelacanthiformes) and divergence time estimation between the two coelacanths". Gene. 349: 227–235. doi:10.1016/j.gene.2005.01.008. PMID 15777665.