Bintang Natal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 April 2013 00.13 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 30 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q211221)
Bintang Natal
Berkas:Bintang natal.jpg
Bintang Natal adalah Bintang yg menunjukkan tempat di mana Yesus lahir yaitu di sebuah kandang di Betlehem.
Terkait denganAdven;Natal, Kelahiran Yesus, Epifani


Bintang Natal atau Bintang Betlehem adalah bintang yang hadir di langit, sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang Majus dari Timur untuk mencari Raja yang lahir di Israel yaitu Yesus Kristus. Bintang ini tercatat dalam Alkitab di Injil Matius sebagai kejadian alam yang menjadi pertanda akan kelahiran Yesus Kristus di Bethlehem. Sepanjang sejarah, banyak orang berusaha mencari tahu kira-kira bintang apakah yang dilihat orang Majus tersebut: Apakah bintang tersebut adalah sebuah kejadian alam yang benar-benar terjadi atau hanya sebuah mitos rohani yang merupakan sebuah tanda supranatural.

Pengamatan astronomi

Bintang yang dilihat oleh orang-orang Majus itu pun kemudian menimbulkan perdebatan selama berabad-abad.

  • Di Tiongkok, ahli perbintangan mencatat adanya sebuah komet yang sebentar kelihatan sebentar hilang selama sekitar 70 hari pada tahun 5 SM.
  • Pada tahun 1603 M., Johannes Kepler, seorang ahli astronomi Jerman dengan menggunakan teleskopnya berhasil mengamati sebuah konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada rasi bintang Pisces. Dan melalui perhitungan yang cermat Johannes Kepler menemukan bahwa konjungsi seperti ini pernah juga terjadi berabad sebelumnya, sekitar tahun 7 atau 6 SM. Selama bertahun-tahun temuan ini tidak dihargai.
  • Pada tahun 1925 ditemukan manuskrip-manuskrip kuno di sebuah bekas sekolah astrologi yang terkenal di Zippar, Babilonia, yang memang mencatat adanya pengamatan konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada rasi bintang Pisces selama sekitar 5 bulan pada tahun 7 SM.

Bintang Natal dalam Alkitab

Kutipan Matius 2:1-9: Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi (Kitab Mikha): Dan engkau Bethelem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel."

Dalam Alkitab tidak dijelaskan lebih dalam mengenai ciri-ciri bintang tersebut, namun dikatakan bahwa bintang tersebut tampak di sebelah barat dari tempat asal orang-orang Majus dan di sebelah selatan dari Yerusalem yaitu ke arah Betlehem, Yudea.

Teori komet, meteor dan supernova

Meteor

Meteor adalah kilatan cahaya di langit yang terjadi ketika debu-debu angkasa memasuki atmosfer Bumi dan terbakar. Umumnya meteor yang dilihat hanya seukuran pasir dan akan habis terbakar di atmosfer. Bila bintang natal adalah meteor yang dilihat oleh orang-orang Majus maka harus muncul di arah timur. Memang kemunculan meteor dapat dari arah mana pun dilihat dari muka Bumi. namun durasinya yang singkat biasanya hanya beberapa detik, membuatnya sukar dikesani sebagai “diam” di atas Kota Bethlehem oleh orang-orang Majus seperti pada alkitab. Bila dikaitkan dengan tradisi, penampakan meteor tidak pernah dianggap sebagai pertanda kelahiran calon pemimpin.

Nova dan supernova

Nova, berasal dari Nova Stella yang berarti "bintang baru", merupakan bintang yang cahayanya menjadi sangat terang secara tiba-tiba. Kini diketahui nova adalah bintang meledak. Terang cahaya nova bisa 50.000 kali lebih terang daripada Matahari dan mampu bertahan hingga berbulan-bulan sebelum akhirnya meredup kembali. Peristiwa supernova jauh lebih dahsyat daripada nova. Bintang yang meledak bisa miliaran kali lebih terang daripada sebelumnya. Catatan astronomi menunjukkan, sejak penemuan teleskop tahun 1610 hingga kini, belum ditemukan supernova dalam galaksi kita, Bima Sakti.

Supernova terakhir di Bima Sakti ditemukan tahun 1054 (dicatat oleh astronom Cina dan Jepang), 1572 (diamati oleh Tycho Brahe, astronom Denmark), dan 1604 (diamati oleh Johannes Kepler). Dalam catatan astronomi Cina kuno tidak ditemukan supernova pada sekitar 5 SM, hanya sebuah nova pada sekitar tanggal 10 Maret-27 April 5 SM di rasi Capricornus (Kambing Laut). Nova ini bisa jadi yang dimaksud oleh orang-orang Majus sebagai bintang yang mereka lihat terbit di timur. Namun, Nova, seperti bintang-bintang lainnya, posisinya relatif tetap dan tidak akan tampak bergerak. Selain itu, penampakan nova di langit malam akan membuatnya menjadi obyek yang mencolok dan mudah dikenali, sehingga semestinya tidak hanya orang majus yang memperhatikannya, tapi semua orang saat itu pasti melihatnya.

Komet

Teori lain menyebutkan komet. Meskipun manuver yang diperlukan dalam syarat Bintang Natal dipenuhi bintang berekor ini, sayangnya dalam berbagai budaya komet identik dengan pertanda buruk atau bencana. Jadi, komet juga tidak mungkin sebagai Bintang Bethlehem.

Teori konjungsi planet Jupiter-Saturnus

Teori astronomi yang paling kuat mendekati adalah peristiwa konjungsi planet Jupiter-Saturnus. Sepanjang tahun 7 SM, terjadi 3 kali konjungsi yang melibatkan Jupiter dan Saturnus di rasi bintang Pisces (Ikan) dimulai dengan konjungsi pertama pada tanggal 29 Mei, kemudian diikuti konjungsi kedua pada 1 oktober dan yang ketiga 4 Desember. Setelah itu pada Februari 6 SM, terjadi lagi konjungsi antara Mars, Jupiter dan Saturnus yang terjadi setiap 805 tahun. Dalam konjungsi pertama di tahun 7 SM, Jupiter dan Saturnus baru terbit setelah lewat tengah malam, sehingga akan tampak di arah timur sebelum Matahari terbit. Pada konjungsi kedua, kedua planet terbit saat Matahari terbenam dan akan terlihat sepanjang malam. Selang waktu terjadinya konjungsi memungkinkan para Majus melakukan perjalanan dari Timur menjumpai Herodes, setelah melihat bintangNya di timur (Matius 2:2).

Tak bisa dipungkiri kalau kelahiran seseorang di masa itu seringkali dikaitkan dengan tanda-tanda tertentu di langit. Nah, pada masa itu konjungsi Yupiter (mag -2.5) dan Saturnus (mag 0.8) bisa dikatakan merupakan tanda ideal kehadiran raja baru. Yupiter dikenal sebagai “Planet of Kings” (Planet raja-raja) sementara Saturnus dikenal sebagai “Protector of Jews” (Pelindung bangsa Yahudi), memberi indikasi kedatangan “Raja yang akan melindungi seluruh bangsa Yahudi”.

Bagi astrolog zaman dahulu, rasi bintang Pisces (ikan) dikenal sebagai rumah bangsa Ibrani, Jupiter merupakan “ruler of the universe” (penguasa alam semesta) dan Saturnus diasosiasikan dengan Palestina. Hal ini memberi kesan kalau konjungsi tersebut merupakan pertanda “King of Israel and Ruler of a Universe about to be born in Israel” (Raja Israel dan penguasa alam semesta akan lahir di Israel). Yang perlu diingat dan ditandai, peristiwa konjungsi Yupiter Saturnus sangatlah jarang, dan hanya terjadi dalam interval waktu antara 40 - 338 tahun. Tentulah kejadian ini akan dianggap spektakuler oleh orang-orang yang mempelajari benda-benda langit dan mulai mengasosiasikannya dengan suatu kejadian. Bagi orang-orang Majus yang juga mengenali sejarah Bangsa Yahudi dan kepercayaannya. kejadian ini menjadi pertanda kalau Mesias yang dinubuatkan akan lahir dan menyelamatkan bangsa Yahudi.

"Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.”(Matius 2:9)

Setelah bertemu Herodes, orang-orang Majus kemudian menuju kota Betlehem kira-kira 10 kilometer (6,2 mi) di arah selatan Yerusalem. Dalam pengamatan mereka, bintang yang mereka lihat di Timur sudah bergerak mendahului mereka dan berhenti di atas kota Betlehem. Pada pertemuan pertama Yupiter dan Saturnus memang terlihat di timur setelah lewat tengah malam, namun saat terjadi konjungsi kedua dan ketiga (Oktober dan Desember 7 SM) keduanya akan tampak berada di zenith (titik tertinggi yang dicapai dalam gerak harian benda langit) setelah matahari terbenam. Hal inilah yang menyebabkan kedua planet ini seolah-olah berhenti di atas langit kota Betlehem, memberi tanda pada orang Majus kalau sang Raja itu ada di sebuah rumah tertentu.

Bukti arkeologis dan budaya

Dalam bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan "di Timur", en te anatole. Artinya, bisa diterjemahkan juga: "yang terbit sangat terang". In its rising. Barangkali ini mencerminkan pengalaman dahsyat orang Majus karena sangat terang benderangnya bintang itu. Sangat pantaslah, bahwa sekian trilyun kali cahaya matahari harus dipancarkan untuk menandai kelahiran "Sang Terang Dunia". Orang-orang Majus itu mesti mencari makna astrologisnya.

Kalau diterima bahwa bintang itu adalah konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada tahun 7 SM, maka ini cocok dengan lempengan batu ditemukan di Menara kuno Zippar, di tepi sungai Efrat. Jadi tempatnya juga sekaligus cocok dengan asal orang-orang Majus tadi. Bunyi lempengan batu itu, dalam bahasa Babel kuno: MULLU-BABA U KAIWANU INA ZIPPATI. Artinya: "Yupiter dan Saturnus dalam rasi bintang Pisces." Perhitungan tanggalnya juga cocok, Desember 7 SM. Bukti-bukti arkeologi lain juga dijumpai dalam sebuah papyrus dari tahun 42 Masehi, yang juga mencatat konjungsi 2 planet itu. Sekarang papyrus ini disimpan di Berlin. Kembali ke lempengan Zippar dan hubungannya dengan orang Majus. Lempengan Zippar ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Jerman bernama P.Scanable pada tahun 1925. Menurut Scanable, di kota Zippar terdapat sekolah Astrologi yang terkenal pada zaman Babel kuno.

Lempengan Zippar menyebut dalam bahasa Babel KAIWANU, istilah Aramnya: KAWBAH. Jadi mungkin ucapan orang Majus itu mendekati dialeknya dengan terjemahan Peshitta: Hazin Geir Kawbah be Madintah. "Kami telah melihat bintangnya yang terbit di Timur". Dalam proses pertukaran bunyi, the ponetic corespondence, itu lazim terjadi dalam kajian bahasa serumpun. Kaiwanu, menjadi: Kawbah, dalam bahasa Aram. Dan paralel istilah bahasa Arabnya, barangkali: Kawakib, Kawkabat. Artinya sama, bintang atau sebuah bintang. Nah, lebih menarik lagi kalu kita coba melacak kira-kira adakah makna tertentu dalam "simbols of Babylonian Astrology". Ternyata ada. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel kadang-kadang diidentikkan dengan bangsa-bangsa tetangga mereka, selain dikaitkan dengan makna lain. Dari hasil penelitian naskah-naskah kuno agama Babel, Pisces itu lambang the End Times, "zaman akhir". Jupiter sebagai planet terbesar, the royal planet in Babylonian astrology, melambangkan The Ruler, Raja atau Penguasa. Sedangkan Saturnus melambangkan Negara Palestina. Jadi, berdasarkan cara berfikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat diartikan:"Seorang Raja, Penguasa telah datang pada zaman akhir ini, di Palestina".

Teori konjungsi Jupiter-Regulus

Konjungsi ini muncul pada kisaran tahun 3 SM - 2 SM di saat perayaan Tahun Baru Yahudi, Rosh Hashanah. Saat itu di bulan September saat orang Majus mengamati langit, tampak Jupiter memulai proses konjungsinya dengan bintang Regulus.

Regulus berasal dari kata Regal, orang Babilon menyebut Regulus “Sharu”, yang berarti raja. Orang Romawi menyebutnya Rex, yang juga berarti raja. Dan pada awal tahun Yahudi, “Planet of Kings” bertemu dengan “Star of Kings”. Yang menarik, saat itu Jupiter bergerak berlawanan dengan gerak bintang. Gerak inilah yang kita kenal sebagai gerak retrograde. Mungkin gerak retrograde Jupiter inilah yang menarik perhatian orang Majus, karena setelah mengalami konjungsi dengan jarak terdekatnya dari Regulus, Jupiter memasuki masa gerak retrogradenya. Tapi kemudian, Jupiter berubah pikiran dan kembali bergerak mendekati Regulus dan mengalami konjungsi kedua. Setelah pertemuan kedua, Jupiter kembali berbalik arah dan bertemu untuk ketiga kalinya dengan Regulus. Maka terjadilah triple conjunction. Kejadian seperti ini sangatlah jarang, dan setelah beberapa bulan yang terlihat Raja Planet ini sedang menari halo di atas Regulus. Laksana penobatan sang raja.

"Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.” " (Wahyu 5:5)

Bukan hanya itu. Pertemuan Jupiter dan Regulus sendiri berlangsung di rasi bintang Leo, yang berlambang singa dan diasosiasikan dengan bangsa Yehuda. Sedangkan, Singa Yehuda sendiri merupakan perlambangan dari Yesus, Mesias yang akan datang dari bangsa Yehuda. Fenomena alam ini sepertinya memberi pertanda akan kedatangan Raja Yahudi. Inilah yang bisa jadi menjadi alasan orang Majus mengikuti bintang terang tersebut menuju Bethlehem menemui Yesus. Tuhan memakai kejadian sehari-hari yang biasa ditemui orang Majus untuk membawa mereka datang kepada Kristus. Kejadian alam yang diasosiasikan dengan kepercayaan setempat membawa kesimpulan akan kelahiran seorang Raja di tengah mereka.

Makna bintang Natal

Kisah Bintang Natal sampai saat ini masih tetap menjadi misteri yang menarik. Belum ada kesepakatan, teori astronomi mana yang paling tepat menggambarkan peristiwa Bintang Natal ini. Namun di antara misteri dan ketidakpastian itu satu hal yang pasti, kemuliaan Allah dinyatakan di antara bangsa-bangsa lewat kehadiran peristiwa alam, budaya, dan mitologi masyarakat zaman itu yang menghantarkan orang-orang majus menemukan Raja yang baru lahir yaitu Yesus Kristus.

Lihat pula

Referensi

  • Warner Keller, The Bible as History (New York:Bantam Books, 1982), p.363.
  • Risto Santala, The Messiah in The New Testament in the Light of Rabbinical Writings (Jerusalem: Keren Ahvah Meshihit, 1996),p.83

Pranala luar

Templat:Link GA