Berbek, Nganjuk

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berbek
Hanacaraka: ꦨꦼꦂꦧꦼꦏ꧀
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenNganjuk
Pemerintahan
 • CamatNurbinti S.Sos
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri35.18.03
Kode BPS3518030
Luas- km²
Desa/kelurahan19 desa

Berbek adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Berbek merupakan cikal bakal Kabupaten Nganjuk modern. Ibu kota kabupaten berpindah ke Nganjuk saat Stasiun Nganjuk selesai dibangun. Secara Umum mata pencaharian masyarakat Berbek adalah bertani, berdagang dan sektor lainnya.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Abad 18[sunting | sunting sumber]

Kadipaten Berbek bersama-sama dengan Kadipaten Pace dan Kadipaten Nganjuk tercatat pernah menjadi bawahan dari Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai wilayah mancanagara brang wetan setelah adanya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Abad 19[sunting | sunting sumber]

Masuk Wilayah Yogyakarta

Pada tahun 1812, menurut arsip Keraton Yogyakarta dan beberapa catatan lain yang telah diteliti, wilayah Kadipaten Berbek (diperkirakan juga meliputi Kadipaten Godean/Pace) telah masuk ke dalam wilayah mancanagara brang wetan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada arsip dan catatan yang dimaksud disebutkan bahwa telah dilantik seorang Adipati Berbek yang bernama Kanjeng Raden Tumenggung Sasrakusuma yang oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Nganjuk modern dikenal dengan sebutan "Kanjeng Jimat" sebagai "Adipati pertama Berbek". Rupanya anggapan bahwa KRT. Sasrakusuma merupakan adipati "pertama" tersebut mengacu pada catatan di atas, yang secara logis dapat dianggap bahwa beliau memanglah adipati pertama Berbek pada era Yogyakarta. KRT. Sasrakusuma sendiri merupakan kerabat Keraton Yogyakarta yang diperkirakan berasal dari daerah Grobogan yang kemudian karena kecakapannya ditunjuk oleh Ngarsa Dalem Sultan Hamengkubuwana II untuk memimpin Kadipaten Berbek agar kembali stabil pascakonflik di mancanagara brang wetan berupa upaya pemberontakan yang dipimpin oleh Adipati Madiun, Raden Rangga Prawiradirja III dan Raden Tumenggung Sumanegara, Adipati Jipang (Bojonegoro).

Pasca-Perang Jawa

Kekalahan pihak Pangeran Diponegoro pada Perang Jawa tahun 1830, membuat Kasultanan kehilangan banyak wilayahnya, termasuk Mancanagara Brang Wetan, yang di dalamnya terdapat Kadipaten Berbek. Sejak saat itu wilayah Berbek berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan dipimpin oleh seorang Bupati (regent) dengan dibantu oleh seorang Asisten Residen.

Pada peta buatan belanda dengan judul "Kaart van de Residentie Kediri, te zamengesteld door P. Baron Melvill van Carnbee" tahun 1885, Berbek merupakan wilayah berstatus regentschappen yang wilayahnya bertambah luas jika dibandingkan saat masih menjadi bagian Mataram ataupun Ngayogyakarta. Hal ini dikarenakan adanya penyatuan wilayah Kadipaten Berbek dengan dua bekas wilayah mancanagara Ngayogyakarta lain, yaitu Kadipaten Godean, dan Kadipaten Kertasana, serta satu bekas wilayah mancanagara Surakarta menjadi satu kesatuan dengan nama Regentschap/Kabupaten Berbek. Penyatuan tersebut terjadi setelah Perjanjian Sepreh yang membuat Belanda berhak mengatur wilayah mancanagara brang wetan Ngayogyakarta dan Surakarta. Pada peta buatan belanda dengan judul "Kaart van de Residentie Kediri" terbitan Topographisch Bureau (Batavia) tahun 1891, wilayah Berbek menjadi lebih kecil setelah Belanda memasukkan Districten Papar ke dalam Regentschap Kediri. Pada tahun ini pusat pemerintahan Berbek sudah berada di Nganjuk, tetapi nama regentschap masih masih Regentschap Berbek. Perpindahan pusat pemerintahan Berbek ini terjadi pada tahun 1880. Pada sebuah foto

koleksi Museum Wereldculturen Belanda yang berjudul "Groepsportret ter gelegenheid van het tien jarig jubileum van het Regentschap in Nganjuk" yang diambil pada 2 Februari 1939 menunjukkan foto bersama perayaan hari jadi Kabupaten Nganjuk yang ke-10, itu artinya Regentschap Berbek baru berubah nama menjadi Regentschap Nganjuk pada tahun 1929.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]

Secara administrasi, Kecamatan Berbek dibagi menjadi 19 desa, yaitu:

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Mayoritas masyarakat Berbek berprofesi sebagai petani, pedagang, dan pegawai

Roda perekonomian Berbek didukung dengan adanya pasar tradisional, seperti Pasar Kliwon Berbek, serta Pasar Hewan Kliwon Berbek yang terletak di ibukota kecamatan, serta pasar-pasar desa, seperti Pasar Pengkol, Desa Sumberurip.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Terdapat beberapa sekolah dasar di setiap desa di Berbek, dan beberapa sekolah menengah di tingkat kecamatan seperti,

  • SMP Negeri 1 Berbek
  • SMP Negeri 2 Berbek
  • MTs Negeri 7 Nganjuk
  • SMA Negeri 1 Berbek
  • SMK Muhammadiyah Berbek
  • SMK Baitul Atieq
  • MA At-Taqwa

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Transportasi Umum[sunting | sunting sumber]

Berbek dilintasi oleh trayek Angkutan Pedesaan Nganjuk - Sawahan, dan memiliki terminal Angdes sendiri di Ibukota Kecamatan.

Transportasi Tradisional dan Wisata[sunting | sunting sumber]

Berbek mempunyai alat transportasi tradisional yaitu Dokar yang juga dapat melayani tur wisata ke beberapa tempat wisata di Berbek dan sekitarnya, seperti Monumen Dr. Soetomo, Ngepeh dsb. Pangkalan atau Koplakan Dokar di Berbek berada di Pasar Kliwon Berbek.

Transportasi Pelajar[sunting | sunting sumber]

Berbek dilintasi beberapa rute Angkutan Sekolah Gratis Kabupaten Nganjuk untuk transportasi para pelajar Berbek menuju ke sekolah masing-masing. Bus atau Minibus yang melintasi Berbek berasal dari rute-rute dengan start dari Sawahan, Kuncir, dan Berbek sendiri.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Wisata Sejarah dan Religi[sunting | sunting sumber]

  • Kompleks Alun-alun Berbek, Kompleks Alun-alun dan Pendapa Kabupaten Berbek pada masanya.
  • Masjid Besar Al-Mubaarok, Masjid Kabupaten Berbek pada masanya yang dibangun pada tahun 1745 Masehi oleh KRT. Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat), Bupati pertama Berbek.
  • Kompleks Makam Kanjeng Jimat, tempat peristirahatan terakhir KRT. Sosrokusumo I (Kanjeng Jimat), Bupati pertama Berbek dan beberapa bangsawan Jawa lain seperti, Bupati Godean, dan kerabat-kerabat lain.
  • Kompleks Makam Pangeran Singosari, Tempat peristirahatan terakhir Pangeran Singosari, Bupati-bupati Berbek, dan kerabat bangsawan lain.
  • Masjid Kyai Bandungan, Masjid tertua di Berbek yang terletak di Desa Bendungrejo

Wisata Kuliner[sunting | sunting sumber]

  • Nasi Pecel Pincuk, Nasi Pecel yang disajikan di wadah daun bernama pincuk bersama dengan Sambal Tumpang dan Dendeng Ragi. Dapat ditemukan di Ibukota Kecamatan pada pagi dan malam hari
  • Tahu Lontong, sajian yang terdiri dari Lontong dan Tahu Goreng yang disiram saus kacang kecap, lalu ditaburi dengan seledri dan bawang goreng. Makanan ini dulunya biasa dijual di pikulan, namun sekarang banyak dijual di kedai kedai sekitar Pasar Kliwon Berbek pada malam hari.

Wisata Tradisi[sunting | sunting sumber]

  • Garebeg Sura, perayaan tahun baru Jawa dan Islam
  • Pawai Alegoris Hari Jadi Nganjuk, juga biasa disebut "Kirab Boyongan" untuk memperingati hari jadi dan perpindahan ibukota Kabupaten Nganjuk yang dulu berada di Berbek, Pawai ini biasa digelar pada tanggal 9 April setiap tahunnya, dengan diikuti rangkaian dua Kereta Kuda pembawa pusaka yang juga dinaiki oleh Bupati dan Wakil Bupati, puluhan Dokar hias, dan puluhan becak hias yang dinaiki oleh fokompimda Kabupaten Nganjuk. Pawai ini mengambil start di Alun-alun Berbek dan finis di Pendapa Kabupaten Nganjuk

Wisata Belanja[sunting | sunting sumber]

Potensi Masyarakat[sunting | sunting sumber]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]