Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bekonang
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSukoharjo
KecamatanMojolaban
Kode pos
57554
Kode Kemendagri33.11.08.2004
Luas... km²
Jumlah penduduk5.907 jiwa (2019)[1]
Kepadatan... jiwa/km²


Bekonang adalah sebuah desa di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bangunan Dalem Kawedanan Bekonang

Bekonang sendiri sebenarnya sudah dikenal ketika masa peralihan Kraton Kartasura Hadiningrat menjadi Kraton Surakarta Hadiningrat. Dahulu, daerah tersebut merupakan daerah yang dinominasikan untuk dijadikan sebagai tempat berdirinya Kraton Surakarta Hadiningrat. Sehingga, wajar bila sebutan Bekonang masih membekas sampai sekarang meski sebenarnya Bekonang malah menjadi lebih kecil atau setingkat desa saja.

Kawedanan Bekonang meliputi wilayah Mojolaban, Polokarto, dan sekitarnya yang kala itu merupakan wilayah tersendiri. Namun, dengan bergabungnya Kawedanan Bekonang, Kawedanan Larangan atau Sukoharjo, dan Kawedanan Kartasura menjadi Kabupaten Sukoharjo pada hari Senin Pon tanggal 15 Juli 1946, praktis Kawedanan Bekonang sudah tidak difungsikan dan digantikan dengan Kecamatan Mojolaban. Setelah Dalem Kawedanan Bekonang menjadi wilayah Kecamatan Mojolaban, Dalem ini pernah berganti nama menjadi rumah dinas Pembantu Bupati Kepala Daerah Wilayah Mojolaban. Setelah struktur kawedanan tidak ada lagi, rumah dinas tersebut dipergunakan sebagai aset Kecamatan Mojolaban dan masuk dalam Data Inventarisasi BCB Tidak Bergerak Kabupaten Sukoharjo.[2]

Pembagian wilayah[sunting | sunting sumber]

Desa Bekonang terdiri dari dukuh:

  • Baleharjo
  • Bekonang
  • Mojosari
  • Ngambak Kalang
  • Ngambak Lipuro
  • Santren
  • Sembung Kulon
  • Sembung Etan
  • Sentul
  • Suren Lor
  • Suren Kidul
  • Tegalrejo

Komoditas[sunting | sunting sumber]

Desa Bekonang sangat terkenal di Jawa dengan produksi ciu cangkol Bekonang, sejenis minuman beralkohol yang terkenal jitu untuk membuat orang mabuk yang diproduksi para perajin minuman tradisional di Bekonang.[3] Pada masa penjajahan Belanda, industri ini dijalankan sembunyi-sembunyi.[4][5]

Industri ini dijalankan turun-temurun.[6] Industri ciu sempat terbuka, tetapi sudah tertutup saat ini. Terlebih lagi, pembuatannya tidak lagi dengan cara tradisional sehingga mengurangi cita rasa khas yang menyebabkan penurunan peminat.[6] Hal ini terjadi karena alkohol yang diproduksi sering dimanfaatkan untuk keperluan medis (kadar 70%–90%),[7][8] bahkan untuk pupuk cair dan bioetanol.[4][5] Meski demikian, keberadaan industri tersebut mampu membuka lapangan kerja dan menyejahterakan masyarakat sekitar.[8]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Jumlah Penduduk Kecamatan Mojolaban Tahun 2019 Semester 1". Data Kependudukan Kabupaten Sukoharjo. 2019. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  2. ^ Dalem Kawedanan Bekonang
  3. ^ "Dilarang Tertawa Berkepanjangan"[pranala nonaktif permanen] - Suara Merdeka Daring 2 Agustus 2003
  4. ^ a b Aida, Nur Rohmi (19 Oktober 2019). Hardiyanto, Sari, ed. "Cerita Panjang di Balik Tenarnya Ciu Bekonang". Kompas.com. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  5. ^ a b Prodjo, Wahyu Adityo (31 Juli 2016). F, Ni Luh Made Pertiwi, ed. "Mampir ke Desa Bekonang, Sentra Pembuatan Alkohol sejak Zaman Belanda". Kompas.com. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  6. ^ a b Wuni, Asri (13 Maret 2019). "Cerita Para Pencinta Ciu Garis Keras". CNN Indonesia. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  7. ^ Sushmita, Chelin Indra (23 Januari 2019). "Penampakan Sentra Industri Ciu Bekonang". Solopos.com. Diakses tanggal 1 Februari 2020. 
  8. ^ a b Pratiwi, Yulia (2011). "Pengaruh Keberadaan Industri Alkohol di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo terhadap Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial". Digital Library UPT Perpustakaan UNS. Diakses pada 1 Februari 2020.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]