Batu Sukadana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 20.50 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q7635708)

Batu Sukadana adalah batu cap atau batu bergambar (rock painting) yang berada di Desa Sedahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, merupakan salah satu peninggalan sejarah pada masa lampau. Peninggalan ini diduga merupakan warisan nenek moyang bangsa Ketapang yang pertama kali meninjakkan kaki di Kalimantan.

Keturunan orang Ketapang menurut legenda berasal dari Indochina atau India belakang, berimigrasi ke Kalimantan dan terlebih dahulu singgah di Kepulauan Karimata. Kemudian tempat pendaratan ke dua adalah Sukadana yang pada masa dulu merupakan tempat yang strategis dilihat dari Laut China Selatan.

Batu bergambarkan coretan yang sampai kini belum jelas artinya ini merupakan situs purbakala yang ditemukan sejak tahun 1874 diduga merupakan jejak imigran itu. Menurut beberapa arkeolog yang datang, batu bertulis ini sudah tercatat di Jakarta sebagai situs purbakala, ditemukan sejak tahun 1874 tetapi tidak mengetahui siapa yang menemukan perama kali batu itu. Dugaan sementara batu ini ada pada zaman sebelum mengenai tulisan , jauh lebih tua dari batu bertulis yang ada.

Batu Cap ini ramai dikunjungi oleh kalangan orang Tionghoa, untuk berbagai keperluan. Sedang pihak pengunjung lain misalnya adalah para peneliti dari Pusat Arkeolog nasional di Jakarta dan para peneliti muda bidang pra sejarah dari Balai Arkeolog yang ada di Bandung dan sejumlah mahasiwa peneliti lainnya.

Kepala Kantor Informasi kebudayaan dan pariwisata (inbudpar)Ketapang Yudo Sudarto usai mengadakan kunjungan ke situs ini mejelaskan, bahwa jati diri sebuah bangsa merupakan kekuatan utama untuk menghadapi persaingan global yang terasa semakin ketat dewasa ini. Kearifan masa lalu dapat dipakai sebagai pijakan menentukan arah strategi suatu bangsa untuk mempertahankan eksistensinya. Karena disadari atau tidak, nilai-nilai yang terkandung dalam objek peninggalan masa lalu sangat bermanfaat, antara lain dalam bidang akademi, ideologi, serta ekonomi.

Untuk mengunjungi tempat ini dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Tranportasi cukup lancar, namun pengunjung perlu menempuh berjalanan mendaki selama 1 jam untuk dapat mencapai lokasi di bukit yang cukup terjal.

Gua tersebut merupakan gua alam, diduga merupakan tempat pemujaan atau tempat bersemedi nenek moyang bangsa Indonesia. Lebar batu 14 meter dengan dinding yang bergambar seluas 10 m2. Tulisan yang tampak berbentuk coretan gambar dan lambang-lambang seperti huruf paku yang tidak jelas. Belum banyak yang diungkap dari para peneliti mengenai batu cap ini, mengingat struktur huruf atau gambar yang berbeda dengan penemuan lainnya di Indonesia. Situs ini sekarang sudah masuk cagar Budaya di Kabupaten Ketapang.