Batu Batikam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batu Batikam merupakan benda bersejarah bagi masyarakat Minangkabau

Batu Batikam adalah salah satu benda cagar budaya bersejarah di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.[1] Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia, Batu Batikam berarti batu yang tertusuk.[2] Menurut sejarah, lubang atau tusukan yang ada di tengah batu itu merupakan bekas dari tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang.[2] Luas situs cagar budaya Batu Batikam adalah 1.800 meter persegi, dulu berfungsi sebagai medan nan bapaneh atau tempat bermusyawarah kepala suku.[3] Susunan batu di sekeliling batu batikam seperti sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar.[3] Pada bagian tengah terdapat batu batikam dari bahan batuan Andesit.[3] Batu ini berukuran 55 x 20 x 40 sentimeter, dengan bentuk hampir segitiga.[3] Prasasti Batu Batikam menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan Minangkabau di zaman Neolitikum.[4] Batu batikam merupakan batu tertusuk yang melambangkan pentingnya perdamaian dan musyawarah-mufakat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.[5]

Keunikan[sunting | sunting sumber]

Batu ini dinamakan batu batikam atau batu tertusuk adalah karena adanya bekas tusukan pada bagian batu tersebut.[5] Secara logika, hal ini mungkin sulit diterima oleh akal mengingat batu adalah sebuah benda yang sangat keras sehingga tidak mungkin untuk ditusuk dan menyisakan sebuah lubang yang tembus.[5]

Menurut cerita yang diyakini masyarakat setempat, Batu Batikam merupakan bekas tusukan keris milik Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang menjadikan batu batikam sebagai simbol perdamaian antar pemimpin yang berkuasa pada masa itu.[5]

Cerita lain menyatakan bahwa peninggalan sejarah ini dahulu kala merupakan suatu tempat musyawarah para kepala suku.[5] Hal lain yang menambah keunikan Batu Batikam adalah adanya sebuah pohon beringin yang sangat besar di sekitar kawasan tersebut.[5] Selain itu, lubang pada batu batikam ini dapat disentuh dan dilihat langsung oleh pengunjung.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan adalah dua orang saudara yang berlainan bapak.[6] Datuak Parpatiah Nan Sabatang adalah seorang sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang memiliki darah aristokrat (cerdik pandai), sementara Datuak Katumanggungan adalah sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang otokrat (raja-berpunya).[6] Tetapi kedua di antara mereka lahir dari seorang rahim ibu yang sama, dimana seorang wanita biasa seperti lainnya.[6] Datuak Parpatiah menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang demokratis, atau dalam tatanannya, "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi".[6] Namun Datuak Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang hierarki "berjenjang sama naik, bertangga sama turun".[6] Dan karena perbedaan tersebut mereka berdua bertengkar hebat.[6] Untuk menghindari pertikaian dan tidak saling melukai, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan kemudian menikam batu tersebut dengan keris sebagai pelampiasan emosinya.[6] Maka dari itu Batu Batikam memiliki sebuah lubang yang menembus dari arah sisi depan dan belakang.[6]

Meskipun terkesan menyeramkan, namun Batu Batikam menjadi salah satu lokasi wisata yang masih menarik minat wisatawan.[5] Selain memiliki keunikan yag membuat wisatawan penasaran, batu ini juga dinilai mengandung unsur pelajaran, pengetahuan dan hikmah tentang pentingnya perdamaian.[5]

Hingga saat ini, pendapat yang berbeda antara Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan masih terlihat dari adanya dua keselaran di Minangkabau, yakni keselarasan Koto Pilang, yang mencerminkan sistem kekuasaan ala Datuk Katumanggungan dan keselarasan Bodi Chaniago yang merupakan perwujudan sistem pemeirntah ala Datuk Parpatih Nan Sabatang.[5]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Batu Batikam terletak di Jorong Dusun Tuo, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Lima Kaum, Tanah Datar, Sumatera Barat,[7] sekitar 10 menit perjalanan dari Kota Batusangkar.[5] sedangkan dari kota Padang, ibu kota provinsi Sumatera Barat berjarak lebih kurang 100 km atau dua sampai tiga jam perjalanan dengan bus dan kendaraan pribadi. lokasinya tepat berada di pinggir jalan raya sehingga sangat mudah untuk di kunjungi. Batu Batikam termasuk salah satu lokasi cagar budaya, berada dalam pengawasan Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sum­bar, Riau dan Jambi yang ber­kantor di Pagaruyung.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b (Indonesia) Haluan. "Batu Batikam Lambang Perdamaian". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-26. Diakses tanggal 12 Mei 2014. 
  2. ^ a b c (Indonesia) Antara SumBar. "Batu Batikam". Diakses tanggal 12 Mei 2014. 
  3. ^ a b c d (Indonesia) Padang Today. "Situs Batu Batikam". Diakses tanggal 12 Mei 2014. 
  4. ^ (Indonesia) EO Community. "Situs Sejarah Batu Batikam". Diakses tanggal 12 Mei 2014. 
  5. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Pelangi Holiday. "Batu Batikam Lokasi Wisata Bersejarah". Diakses tanggal 12 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Andy Febrian. "Asal Usul Batu Batikam di Lima Kaum". Diakses tanggal 12 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ (Indonesia) Foursquare. "Batu Batikam". Diakses tanggal 12 Mei 2014.