Banta Berensyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Banta Berensyah adalah cerita rakyat yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam.[1][2][3][4][5] Cerita ini merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia.[3] Banta Berensyah adalah nama anak laki-laki yang merantau untuk memenangkan sayembara.[1] Ia mencoba peruntungan untuk bisa menikahi Putri Terus Mata.[3]

Cerita[sunting | sunting sumber]

Di sebuah kampung terpencil di Nanggroe Aceh Darussalam, hiduplah seorang janda tua bersama dengan anak lelakinya. Anak lelaki itu bernama Banta Berensyah. Keduanya hidup bersama-sama dalam sebuah gubuk kecil yang sederhana. Gubuk itu terbuat dari bambu dengan ilalang sebagai atapnya. Sehari-hari Banta membantu ibunya bekerja. Ibu Banta bekerja menampi sekam, sedangkan Banta mengumpulkan sekam yang belum di tampi di ladang. Dengan cara inilah, mereka dapat bertahan hidup. Sebenarnya, mereka masih mempunyai anggota keluarga lain di kampung itu yaitu saudara dari ibu Banta yaitu Jakub. Jakub adalah seorang saudagar kaya yang terkenal kikir dan pelit di kampung itu. Maka, tidak heran apabila kekayaannya tidak dibagi kepada Banta dan ibunya.[3]

Suatu hari Banta dan ibunya mendengar kabar bahwa raja mengadakan sayembara. Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita yang bernama Putri Terus Mata. Sang putri menginginkan baju yang terbuat dari emas dan suasa (campuran dari emas dan tembaga). Sang raja pun mengumumkan bahwa pemenang dari sayembara tersebut akan dinikahkan dengan Putri Terus Mata. Banta pun mencoba peruntungannya dengan pergi mencari baju yang diinginkan oleh sang putri. Banta pun pamit kepada ibunya dan ibunya memberikan bekal daun talas dan suling milik Banta. Kebetulan Jakub pun akan berlayar sehingga Banta menumpang di kapal milik pamanya.[1]

Di tengah perjalanan, Jakub mengatakan pada Banta bahwa tujuannya berbeda dengan Banta. Jakub hendak menuju ke utara sedangkan Banta menuju ke barat. Banta menggunakan daun talas yang diberikan ibunya untuk melanjutkan perjalanan. Daun talas itu rupanya kuat menahan tubuh Banta hingga ia sampai di tujuan. Sesampainya di tempat yang ia tuju, Banta bergegas mencari tukang-tukang tenun yang memiliki kain berbahan emas dan suasa. Rupanya kain itu bukanlah kain yang mudah ditemukan. Banta harus mencari sampai tujuh tukang tenun baru ia menemukan kain yang diinginkan oleh Putri Terus Mata. Banta sangat senang karena setelah mencari ke beberapa tukang tenun akhirnya ia menemukan juga kain itu. Banta sadar bahwa ia tidak mempunyai uang untuk membayar kain itu. Oleh karena itu, ia membayar kain itu dengan memainkan lagu bagi tukang tenun. Rupanya tukang tenun itu setuju mendengarkan lagu yang dimainkan Banta dengan menggunakan seruling.

Setelah selesai bermain lagu, Banta pun berterima kasih kepada tukang tenun tersebut dan ia berangkat pulang. Kain itu ia masukkan ke dalam seruling yang ia bawa. Dalam perjalanannya, Banta bertemu dengan kapal Jakub. Jakub mengundang Banta untuk naik ke kapalnya. Tanpa diduga, Jakub merampas seruling banta dan kemudian mematahkan seruling tersebut. Jakub kemudian menemukan kain berbahan emas dan suasa itu. Jakub kemudian membuang Banta dari kapalnya dan meninggalkan Banta di tengah laut. Untungnya Banta ditemukan oleh sepasang suami istri yang sedang berlayar mencari lokan (sejenis kerang raksasa yang dapat dimakan). Pasangan suami istri ini sangat senang menemukan Banta karena mereka tidak mempunyai anak. Banta dirawat untuk beberapa hari di rumah mereka. Setelah keadaan Banta membaik, ia pun pamit.[3]

Pasangan suami istri itu merasa sedih, tetapi mereka mengizinkan Banta pergi dengan memberikan bekal untuk perjalanan Banta. Sesampainya di kampung, Banta menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kepada ibunya. Rupanya ibu Banta sudah mendengar tentang Jakub dan kain berbahan emas dan suasa. Ibu Banta tidak menyangka bahwa Jakub akan berbuat jahat kepada Banta. Kabar tentang pernikahan Jakub dan Putri Terus Mata pun terdengar. Banta pun pamit kepada ibunya dan bergegas ke acara pernikahan itu.

Ketika Banta tiba, acara pernikahan akan dimulai. Tiba-tiba di tengah acara pernikahan tersebut, seekor burung Elang masuk dan terbang mengitari gedung tersebut. Burung tersebut mengeluarkan suara dan mengatakan bahwa kain berbahan emas dan suasa yang ada pada Jakub adalah milik Banta. Awalnya tidak ada yang mendengar burung tersebut, tetapi burung elang tersebut terbang rendah hingga suaranya mampu didengar oleh semua orang dalam ruangan itu termasuk raja dan Putri Terus Mata.[3] Jakub yang mulai panik kemudian berusaha melarikan diri melalui jendela, tetapi kakinya tersandung sehingga ia jatuh dari jendela dan tewas. Raja pun bertanya kepada Banta tentang kain berbahan emas dan suasa. Banta menceritakan kejadian yang ia alami dan bagaimana sampai kain tersebut berada di tangan Jakub. Akhirnya, raja menikahkan Banta dengan Putri Terus Mata.[1] Banta pun menjadi penerus kerajaan.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d Sheina Ananda. 2013. Rangkuman 100 cerita rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jakarta:Anakkita. Hlm 4.
  2. ^ Dea rose. 2007. Cerita Rakyat 33 Provinsi dari Aceh Sampai Papua. Yogyakarta:IndonesiaTera. Hlm 4.
  3. ^ a b c d e f g Lesek Keti Ara. 1995. Cerita Rakyat dari Aceh: Volume 1.Jakarta:Grasindo. Hlm 47.
  4. ^ Tim Optima Pictures. 2009. 101 Cerita Nusantara. Malang:Kawan Pustaka.
  5. ^ Marina Asril Reza. 2010. 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara.Jakarta:Visimedia.