Bani Israil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 19.30 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 44 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q51669)

Bani Israil (Arab: بنو إسرائيل, Banū Isräīl) adalah sebutan untuk kaum keturunan Israil yakni kaum Israel. Sebutan ini juga merupakan sebutan yang digunakan dalam Al Qur'an saat merujuk hal yang sama, Allah kerap memanggil Yaqub (Bahasa Inggris Jacob) dengan nama Israel, maka anak-cucunya disebut Bani Israil. Sebuah surat dalam Al Qur'an yakni surat Al Israa' juga memiliki nama lain yang banyak dikenal sebagai surat Bani Israil. Adapun keturunan Ishaq dari putra pertamanya Esau disebut sebagai Bani Ishaq.

Etimologi

Kalimat Bani Israel berasal dari Bani dalam bahasa Arab artinya keturunan dan Israel adalah kalimat yang terdiri dan dua kata Isra berarti hamba/ teman dekat dan El berarti Tuhan. Maka arti Israel adalah hamba Tuhan atau teman dekat Tuhan. Dan dalam kebanyakan bahasa Semit, bukan hanya dalam bahasa Ibrani, kata El selalu bermakna Tuhan.

Di dalam sumber lain mengatakan bahwa Israil memiliki arti "berjalan di malan hari." Karena menurut beberapa sumber kisah, Yaqub sering melakukan perjalanan diwaktu malam hari, karena jika dia melakukan perjalanan disiang hari, dia takut akan ditemukan dan disiksa oleh saudaranya.[1]

Genealogi

Dari keempat orang istrinya Ya'qub memiliki 12 putra, yakni Rubin, Simeon, Lawway, Yahuda, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin.[2]

Putra-putra Ya'qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya istilah Bani Israil. Mereka dan keturunannya disebut sebagai Al-Asbath, yang berarti cucu-cucu. Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku bagi bangsa Arab dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya'qub kemudian menjadi bapak bagi sibith Bani Israil. Maka seluruh Bani Israil berasal dari putra-putra Ya'qub yang berjumlah 12 orang.

Dalam sibith-sibith ini kelak diturunkan para nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah:

Karakter Bani Israel

Sifat-sifat Bani Israel digambarkan di dalam Al-Qur'an sebagian besar sebagai manusia yang keras kepala, membangkang, pesimis, tamak terhadap dunia, pengecut, suka menghina, mengolok-olok nabi, seperti dalam surah Al-Ahzab: 69. Allah berfirman:

Telah ditunjukkan beberapa mukjizat oleh para nabi Musa, Isa dan lainya. Mereka tetap tidak mengakui tentang kebenaran ajaran yang dibawa oleh para nabinya. Pembunuhan bukan hal asing dalam sejarah Bani Israel, bahkan nabi-nabi mereka, seperti Zakariyya dan Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah berhasil membunuh Isa dan bangga atas usahanya.

Semasa Yusuf memiliki kekuasaan di Mesir, Bani Israel berkembang dari tujuh puluh orang menjadi tiga juta orang. Di antara mereka terdapat ratusan ribu orang Yahudi dari keturunan Yahuda yang rata-rata berotak cerdas tetapi sebagian besar dari bangsa ini memiliki watak buruk seperti, kikir, sombong, keduniaan, berkeinginan menguasai bangsa lain, ashabiyah (fanatis), kejam dan sebagainya.[3]

Kisah Musa

  • Menghina Musa

Musa pernah dihina oleh Bani Israel bahwa Musa memiliki penyakit kulit dan memiliki testis yang besar, Musa tidak pernah mandi bersama dengan mereka karena Musa digambarkan sebagai orang yang pemalu.[4] Terbukti setelah adanya kisah batu yang membawa baju Musa yang sedang mandi, mereka baru mempercayai Musa sebagai orang yang sehat.[5] Kisah ini tercantum dalam salah satu surah Al-Ahzab 33:69 yang berbunyi,

  • Pengharamkan tanah Palestina bagi Bani Israil selama 40 tahun

Tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestina, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku Kana’an yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan adu kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan’aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.

Di antara Bani Israil itu, ada 2 orang bertakwa yang menasihati mereka agar masuk dari pintu kota supaya mereka bisa menang. Akan tetapi Bani Israil menolak nasihat itu dan melontarkan kepada Musa kalimat yang menunjukkan pembangkangan dan sifat pengecut, "Pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah, sementara kami menunggu di sini."

Melihat sikap umatnya yang pengecut, maka naik pitamlah Musa kepada umatnya yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka, yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah. Sehingga Bani Isra’il pun mendapatkan hukuman karena telah menolak perintah Allah memasuki Palestina, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah kepada Ibrahim.[6] Kisah diatas tercantum dalam Al Qur'an surah Al-Ma'idah: 20 - 26.

  • Mengubah perintah Allah

Ketika mereka akan memasuki desa di Baitul Maqdis yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan memohon ampunan, tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas pantatnya dan mengatakan hinthah, yakni "Sebiji gandum atau biji dalam sehelai rambut.".

  • Enggan melaksanakan Taurat

Bani Israel enggan melaksanakan hukum yang terdapat dalam Taurat sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh.

  • Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung
  • Menuduh Musa mengolok-olok mereka

Saat mereka disuruh menyembelih sapi betina, untuk menunjukkan siapa yang telah membunuh salah seorang dari mereka.

  • Mengarang al-kitab dengan tangan mereka

Mereka pernah mengarang al-kitab lalu mereka mengatakan ini dari Allah.

  • Mengaku bahwa wahyu yang dibaca adalah asli
  • Mengubah Firman Allah
  • Menyembah patung sapi

Penyembahan ini terjadi pada saat mereka ditinggal Musa menerima wahyu berupa Taurat, salah seorang pengikut Musa yang masih dipengaruhi nuansa mistis Mesir kuno mencoba untuk membuat sebuah patung sapi betina, kemudian diperintahkan olehnya untuk menyembah patung tersebut.

  • Mengatakan Tangan Allah terbelenggu (kikir)
  • Menuduh Allah itu faqir
  • Menyuruh Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka

Kisah Isa

  • Persekongkolan pendeta Yahudi

Para pendeta Yahudi pernah merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merajam seorang wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: “Tidakkah syariat menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?” Isa menjawab: “Benar,” Mereka berkata: “Ini adalah wanita yang bersalah.” Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut.

Para pendeta itu menunggu jawaban Isa. Jika ia mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi.
Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan yang akan menjebaknya, kemudian ia tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian ia melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil berkata: “Barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merajam wanita itu.” Isa menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah. Dalam syariat Islam, diajarkan hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri masih memiliki kesalahan, tetapi yang harus menghukumnya adalah Allah.[7]

  • Fitnah dari Bani Israel

Ketika Isa terus mendakwahkan risalah Tuhan, kaum Bani Israel mengetahui gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya. Maka kaum Bani Israel pun mengambil jalan dengan memfitnah Isa. Dikatakan bahwa Isa dikatakan memiliki kekuatan sebagai penyihir dan sebagai orang yang akan mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membuat suatu makar, yaitu mereka mulai memengaruhi orang-orang Romawi. Ketika orang Yahudi tidak berhasil memerangi Isa, maka mereka mengambil keputusan untuk menghilangkan nyawa Isa.

Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat. Ketika para pemimpin Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-Iskhariyutha, dengan meminta sejumlah imbalan. Tetapi pada akhirnya Isa tidak berhasil mereka bunuh.[8]

Catatan kaki

  1. ^ Ya'qub, Perselisihan Ya'qub dengan saudaranya.
  2. ^ Nabi Ishaq alayhi salam berputra Nabi Ya’qub alayhi salam yang bergelar Israel. Dari beberapa orang istrinya, Nabi Ya'qub alayhi salam berputra dua belas, yakni Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Zebulaon, Isakhar, Dann, Gad, Asyer, Naftali, Yusuf, dan Benyamin.
  3. ^ Sejarah singkat Bani Israel.
  4. ^ Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui kisah dari Abu Hurairah
  5. ^ Kisah batu yang membawa lari baju Musa
  6. ^ Kaum Musa mengembara
  7. ^ Persekongkolan Pendeta Yahudi dalam menyingkirkan Isa
  8. ^ Al Qur'an: “Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadanya.” (QS. an-Nisa’: 157-158)

Referensi