Asyurbanipal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 14.20 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 46 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q171191)
Asyurbanipal
Raja Asyur
Berkas:Kinadshburn.JPG
Asyurbanipal di atas kereta
pada waktu berburu singa.
Berkuasa668 – 627 SM
PendahuluEsarhadon
PenerusAshur-etil-ilani
Kelahiran685 SM
Kematian627 SM
AyahEsarhadon
AkadiaAššur-bāni-apli
GreekSardanapalos
LatinSardanapalus
Asyurbanipal berburu, ukiran di istana Niniwe.
Asyurbanipal sebagai Imam Agung.

Asyurbanipal (bahasa Akadia: Aššur-bāni-apli; bahasa Aram: ܐܵܫܘܿܪ ܒܵܢܝܼ ܐܵܦܠܝܼ; "Dewa Asyur adalah pencipta ahli waris";[1] 685 – 627 SM),[2] juga dieja Asurbanipal, Ashurbanipal , Assurbanipal atau Ashshurbanipal, adalah seorang raja Kerajaan Asyur, putra raja Esarhadon dan raja besar terakhir dari Kekaisaran Asyur Baru (668 SM – c. 627 SM).[2] Ia terkenal karena banyaknya koleksi dokumen bertulisan paku kuneiform di istananya di Niniwe.[3] Koleksi ini, dikenal sebagai Perpustakaan Asyurbanipal, sekarang disimpan di British Museum, London.

Di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen ia disebut Asnapar yang agung (Kitab Ezra pasal 4 ayat 10).[4] Sejarawan Romawi, Justinus mengidentifikasikannya sebagai Sardanapalus.[5]

Masa muda

Asyurbanipal lahir menjelang akhir dari periode 1500 tahun kejayaan Asyur.[6] Ayahnya, Esarhadon, adalah putra bungsu Sanherib, bukan dilahirkan oleh permaisuri, melainkan oleh "perempuan istana" dari Aram bernama Naqi'a. Esarhadon menjadi raja setelah Sanherib mati dibunuh putra-putranya, Adramelekh dan Sarezer, yang kemudian melarikan diri ke wilayah Ararat, menurut catatan Alkitab.[7] Satu-satunya nama permaisuri Esarhadon yang diketahui namanya adalah Ashur-hamat, yang meninggal tahun 672 SM, tetapi tidak ada informasi mengenai ibu Asyurbanipal.

Asyurbanipal tumbuh di istana kecil yang disebut bit reduti (rumah penerus; Inggris: "House of Succession"), yang dibangun oleh kakeknya Sanherib sewaktu menjadi putra mahkota di kuadran utara kota Niniwe.[6] Pada tahun 694 SM, Sanherib menyelesaikan pembangunan "Istana Tanpa Tanding" ("Palace Without Rival") di sudut barat daya kota utama (acropolis), menghancurkan sebagian besar bangunan kuno. Bit reduti menjadi istana Esarhadon, sang putra mahkota. Di rumah inilah, di dalam kuil dewanya, kakek Asyurbanipal (Sanherib) dibunuh oleh paman-pamannya (Adramelekh dan Sarezer). Setelah Esarhadon dinobatkan menjadi raja, pada tahun 680 SM ia membangun rumahnya sendiri bit masharti (rumah senjata; Inggris: weapons house atau arsenal). Bit reduti ditinggali oleh ibunya dan putra-putranya yang masih kecil, termasuk, Asyurbanipal.

Tercatat nama lima saudara laki-laki dan satu saudara perempuan of five brothers and one sister are known.[6] Sin-iddin-apli, sang putra mahkota, mati sebelum tahun 672 SM. Karena tadinya tidak diharapkan menjadi pewaris tahta, Asyurbanipal dilatih dalam bidang akademik sekaligus juga ilmu menunggang kuda, berburu, naik kereta, ketentaraan, kerajinan tangan dan adat istana. Dalam pernyataan otobiografi yang unik, Asyurbanipal merinci pelajaran akademik masa mudanya meliputi ilmu ramal dengan minyak (oil divination), matematika, membaca dan menulis. Menurut legenda, Asyurbanipal adalah satu-satunya raja Asyur yang dapat membaca dan menulis.

Prestasi militer

Meskipun populer di kalangan rakyatnya, Asyurbanipal dikenal sangat kejam terhadap musuh-musuhnya. Sejumlah ukiran menggambarkannya menempatkan rantai anjing menembus rahang seorang raja yang dikalahkannya dan membiarkannya hidup dalam kandang anjing.[8] Banyak lukisan dari periode ini menunjukkan kebrutalannya.

Asyurbanipal mewarisi dari ayahnya, Esarhadon, bukan hanya tahta tetapi juga peperangan yang terus menerus dengan Mesir dan Kerajaan Kush/Nubia. Esarhadon mengirimkan tentara melawan mereka pada tahun 667 SM yang mengalahkan raja Mesir asal Nubia, Taharqa, dekat Memphis, sementara Asyurbanipal tinggal di ibukota Niniwe. Pada saat yang sama sejumlah raja-raja taklukan Mesir juga memberontak dan berhasil dikalahkan. Semua pemimpin yang kalah itu dikirim ke Niniwe, hanya Nekho I, pangeran asli Mesir dari Sais, meyakinkan orang Asyur akan kesetiaannya dan dikirimkan kembali sebagai Firaun Mesir dan raja boneka Asyur. Setelah kematian Taharqa pada tahun 664 SM keponakan laki-laki dan penggantinya Tantamani menyerang Mesir Hulu dan membuat Thebes ibukotanya. Di Memphis ia mengalahkan pangeran-pangeran Mesir lain dan Nekho kemungkinan mati dalam perang. Asyurbanipal mengirimkan tentaranya dan berhasil lagi mengalahkan orang Kush dan Nubia. Tantamani dipukul mundur ke tanah asalnya di Nubia dan tinggal di sana. Orang Asyur menjarah kota Thebes dan mengambil banyak jarahan pulang ke negerinya. Kisah jatuhnya Thebes ini dicatat dalam Kitab Nahum di dalam Alkitab Ibrani atau bagian Perjanjian Lama di Alkitab Kristen di mana Thebes disebut dengan nama: Tebe (atau No-Amon, di mana Amon adalah dewa Mesir yang terutama disembah di kota itu), sebagai peringatan untuk Niniwe sendiri yang akan mengalami nasib buruk yang serupa:

Adakah engkau lebih baik dari Tebe, kota dewa Amon, yang letaknya di sungai Nil, dengan air sekelilingnya, yang tembok kotanya adalah laut, dan bentengnya adalah air? Etiopia adalah kekuatannya, juga Mesir, dengan tidak terbatas; Put dan orang-orang Libia adalah pembantunya. Tetapi dia sendiripun terpaksa pergi ke dalam pembuangan, terpaksa masuk ke dalam tawanan. Bayi-bayinyapun diremukkan di ujung segala jalan; tentang semua orangnya yang dihormati dibuang undi, dan semua pembesarnya dibelenggu dengan rantai.[9]

Tidak jelas bagaimana orang Asyur mengakhiri pengaruhnya di Mesir, tetapi putra Nekho, Psammetichus I memperoleh kemerdekaan sementara bersahabat dengan Asyur.

Sebuah inskripsi kerajaan Asyur mengisahkan bagaimana raja Lydia, Gyges, mendapat mimpi dari dewa Asyur, Ashur, bahwa jika ia tunduk kepada Asyurbanipal ia akan menaklukkan musuh-musuhnya. Setelah ia mengirimkan duta-dutanya untuk menyatakan takluk, ia benar-benar mengalahkan musuh-musuhnya dari Kimmeria. Namun ketika ia mendukung pemberontak Mesir terhadap Asyur, negaranya dikalahkan oleh orang Silisia.[10]

Akhir pemerintahan dan Kerajaan Asyur

Kekaisaran Asyur jatuh pada tahun 609 SM, tetapi sudah mulai menurun sejak kematian Asyurbanipal. Dalam dekade terakhir pemerintahannya, Asyur mengalami kedamaian, tetapi nampaknya mulai terjadi kemerosotan. Dokumentasi di tahun-tahun terakhir hidupnya sangat jarang. Pernyataan terakhir dari masa pemerintahannya adalah tahun ke-38 (631 SM), tetapi menurut sumber-sumber kemudian, ia memerintah 42 tahun (jadi sampai tahun 627 SM).[11]

Setelah kematiannya, terjadi perebutan kekuasaan antara Ashur-etil-ilani, saudara laki-lakinyas Sinsharishkun, jenderal Sin-shumu-lishir, dan orang yang kemudian menjadi raja baru Babilonia, Nabopolassar. Tidak jelas siapa berperang melawan siapa, tetapi akibatnya Kerajaan Asyur yang digjaya itu akhirnya hancur.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Dictionary of the Ancient Near East, Editors Piotr Bienkowski and Alan Millard, p. 36
  2. ^ a b These are the dates according to the Assyrian King list, Assyrian kinglist
  3. ^ Ashurbanipal from the Encyclopædia Britannica
  4. ^ Ezra 4:10
  5. ^ Marcus Junianus Justinus. "Epitome of the Philippic History of Pompeius Trogus". Penerus-penerusnya, mengikuti teladannya, memberi jawab kepada rakyat melalui menter-menteri mereka. Orang Asyur, yang kemudian disebut orang Suriah, memegang kekaisaran selama 1300 tahun. Raja terakhir yang berkuasa atas mereka adalah Sardanapalus, orang yang lebih banci (effeminate) daripada wanita. 
  6. ^ a b c Northen Magill, Frank (1998). Dictionary of World Biography: The ancient world. hlm. 141–142. 
  7. ^ Kitab 2 Raja-raja pasal 19, yaitu: 2 Raja–raja 19:37
  8. ^ Luckenbill, D.D. Ancient Records of Assyria and Babylonia II. hlm. 314. 
  9. ^ Nahum 3:8–10
  10. ^ Roaf, M. Cultural atlas of Mesopotamia and the ancient near east 2004. hlm. 190–191. 
  11. ^ Sumber terpenting antara lain adalah Inskripsi Harran dan Daftar Raja Uruk.

Pustaka tambahan

  • Barnett, R.D. (1976). Sculptures from the North Palace of Ashurbanipal at Nineveh (668-627). London: British Museum. 
  • Grayson, A.K. (1980). "The Chronology of the Reign of Ashurbanipal". Zeitschrift für Assyriologie. 70: 227–245. 
  • Luckenbill, Daniel David (1926). Ancient Records of Assyria and Babylonia: From Sargon to the End. 2. Chicago: University of Chicago Press. 
  • Oates, J. (1965). "Assyrian Chronology, 631-612 B.C". Iraq. 27: 135–159. 
  • Olmstead, A.T. (1923). History of Assyria. New York: Scribner. 
  • Russell, John Malcolm (1991). Sennacherib's Palace without Rival at Nineveh. Chicago: University of Chicago Press. 

Pranala luar

Didahului oleh:
Esarhadon
Raja Asyur
668–ca. 627 SM
Diteruskan oleh:
Ashur-etil-ilani