Arungkeke, Jeneponto

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Arungkeke
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenJeneponto
Pemerintahan
 • Camat-
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri73.04.09
Kode BPS7304041
Luas- km²
Desa/kelurahan-

Arungkeke adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Kecamatan Arungkeke merupakan salah satu dari 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto yang berbatasan dengan Kecamatan Batang di sebelah utara, Laut Flores di sebelah timur, Kecamatan Binamu di sebelah barat dan Laut Flores di sebelah selatan dengan ibu kota kecamatan di desa Arungkeke. Dari delapan desa di Kecamatan Arungkeke, sebanyak tujuh desa diantaranya merupakan daerah pantai dan hanya satu desa lainnya merupakan daerah bukan pantai.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebelum kedatangan Bangsa Belanda ke Sulawesi Selatan, terdapat banyak kerajaan lokal di wilayah Sulawesi Selatan. Di wilayah-wilayah yang dihuni oleh Suku Makassar berdiri kerajaan-kerajaan lokal, salah satunya Kerajaan Arungkeke.[1]

Desa[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan Arungkeke terbagi menjadi tujuh desa.[2] Nama-nama desanya ialah Arungkeke, Arungkeke Pallantikang, Borong Lamu, Bulo-Bulo, Kalumpang Loe, Kampala, dan Palajau.[3]

Geografis[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan Arungkeke termasuk dataran rendah.[4] Menurut jaraknya, maka letak masing-masing desa ke ibu kota kecamatan dan ibu kota kabupaten sangat bervariasi. Jarak desa ke ibu kota Kecamatan maupun ke ibu kota Kabupaten berkisar 4–14 km. Untuk jarak terjauh adalah Desa Arungkeke Pallantikang yaitu sekitar 17 km dari ibu kota Kabupaten (Bontosunggu), sedangkan untuk jarak terdekat adalah Desa Kalumpang Loe. Kecamatan Arungkeke terdiri dari delapan desa dengan luas wilayah 29,91 km2. Boronglamu memiliki wilayah terluas yaitu 7,23 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Desa Arungkeke Pallantikang yaitu 2,73 km2.[5]

Hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Arungkeke menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 19 hari sedangkan curah hujan sebanyak 2.980 mm.[6]

Sosiologis[sunting | sunting sumber]

Sebagian penduduk di Desa Arungkeke bekerja atau menggantungkan kehidupannya sebagai penambak garam. Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara kepulauan, usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitas garam tersebut.

Dilihat dari sumber mata pencaharian menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja, sebagai:

  • Petani pangan, sebanyak 3.278 orang.
  • Peternak, sebanyak 197 orang.
  • Tambak dan Nelayan, sebanyak 942 orang.

Penduduk yang bekerja di luar sektor pertanian antara lain;

  • Perdagangan sebanyak 529 orang.
  • Industri, 98 orang.
  • Angkutan, 609 orang.
  • Jasa, 268 orang.
  • Adapun penduduk yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebanyak 265 orang.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Rijal, S., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tanjung Mallasoro Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 40. ISBN 978-623-94120-3-6. 
  2. ^ Halim, Ian Tryaldi (2023). Sapril, ed. Kecamatan Arungkeke Dalam Angka 2023. BPS Kabupaten Jeneponto. hlm. xiii. 
  3. ^ Mardiah (2022). Halim, Ian Tryaldi, ed. Kecamatan Arungkeke Dalam Angka 2022. BPS Kabupaten Jeneponto. hlm. 2. 
  4. ^ Risnah (2021). Asniati, ed. Menyibak Tabir Aset di Bumi Turatea (Arungkeke, Rumbia dan Bangkala Barat) (PDF). Pusaka Almaida. hlm. 2. ISBN 978-623-226-251-5. 
  5. ^ [1]
  6. ^ a b [2][pranala nonaktif permanen]