Mentawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Artocarpus anisophyllus)
Mentawa
Artocarpus anisophyllus

Status konservasi
Rentan
IUCN86528589
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladfabids
OrdoRosales
FamiliMoraceae
TribusArtocarpeae
GenusArtocarpus
SpesiesArtocarpus anisophyllus
Miq., 1861

Mentawa, mentawak, atau entawak (Artocarpus anisophyllus) adalah sejenis pohon besar anggota suku Moraceae. Pohon penghasil buah dan kayu ini menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, dan pulau-pulau kecil di antaranya.

Nama-nama lainnya, di antaranya, yalah mentawa, puan, pupuan (Kal.); mentawak (Blt.); mentaba, mendaba (Bk.); bintawak (Swk.); bakil (Mly.); keledang babi (Mal.); tarap ikal (Brun.).[1][2][3]

Pengenalan[sunting | sunting sumber]

Pohon berukuran sedang hingga besar; tinggi mencapai 45 m, gemang batang hingga 60 cm, dan acap berbanir hingga 2,5 m. Daun-daun majemuk menyirip gasal, panjang ibu tulang daun 30–90 cm, dengan 5-12 pasang anak daun dalam dua ukuran, anak daun ukuran besar berpasangan dengan yang kecil (an: tidak, iso: sama, phyllus, phyllum: daun); anak daun tidak rontok, gugur dalam satu helaian daun utuh. Anak daun tebal menjangat, bentuk lonjong hingga bundar telur-lanset, 3,5-40 x 2–13 cm, berujung runcing, gundul, berpangkal membundar tak simetris. Daun penumpu membungkus ujung ranting, 4–25 cm, dengan bulu-bulu halus berwarna kekuningan atau kecokelatan, meninggalkan bekas berupa cincin bila rontok.[1][3]

Bunga-bunga jantan tersusun dalam bongkol jorong melonjong seperti jari, 3-7,5 x 1,5–2 cm, bertangkai 50-65 mm. Buah semu (syncarp) kecokelatan, hampir bulat, lk. 12,5 x 10 cm, gundul, dengan duri-duri pendek silindris, bertangkai 6–13 cm; buah melekuk di bagian ujung tangkai. Biji terbungkus ‘daging buah’ (sebetulnya tenda bunga) berwarna jingga.[1][3]

Ekologi dan kegunaan[sunting | sunting sumber]

Mentawa tumbuh liar di hutan-hutan dataran rendah hingga ketinggian 1.200 m dpl.[1] Di banyak tempat, pohon ini ditanam dalam wanatani campuran untuk buahnya yang enak dan manis.

Daging buah mentawa yang manis dan harum mengandung karbohidrat hingga 92%, dan serat sekitar 2%. Kandungan proteinnya rendah, antara 3,5-7%. Sementara biji mentawa mengandung 40-60% karbohidrat, sekitar 17% serat, dan 10-13% protein. Kandungan lemak pada daging buah dan biji mentawa amat rendah.[4]

Kayu mentawa dalam perdagangan digolongkan sebagai kayu keledang; kayu dengan berat sedang (BJ 0,64-0,87).[1] Kayu ini biasa digunakan untuk konstruksi ringan, tiang dan ramuan rumah, lantai, bahan pembuatan perahu, venir, dan kayu lapis.[3]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e Djarwaningsih, T., D.S. Alonzo, S. Sudo, and M.S.M. Sosef. 1995. Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster. in R.M.H.J. Lemmens, I. Soerianegara and W.C. Wong (eds.). Timber Trees: minor commercial timber. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) 5(2): 64. PROSEA - Bogor. ISBN 979-8316-18-5.
  2. ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2: 669. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
  3. ^ a b c d Argent, G. et al.. t.t. Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Trees of Central Kalimantan, Indonesia. Vol. 2: 430-432. Forest Research Institute, Samarinda.
  4. ^ Seibert, B. & P.C.M. Jansen. 1997. Artocarpus J.R. & G. Forster, dalam Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (PROSEA) 2: 87-91. Penerbit Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]