Apatis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Apatis adalah salah satu sikap seseorang yang pasrah dan menarik diri dalam menghadapi suatu keadaan. Orang yang berperilaku apatis cenderung tidak peduli dengan kondisinya secara emosional, sosial atau bahkan kehidupan alamiah fisik.[1] Kata apatis berasal dari bahasa Yunani yaitu “pathos”, artinya emosi atau gairah. Sebab terjadinya sikap apatis adalah kurangnya perasaan emosi dan gairah dalam hidup yang mengakibatkan munculnya kondisi tidak peduli, tidak memiliki gairah atau emosi dan tidak peka sampai dengan memengaruhi kehidupan sosialnya sehari-hari.[1] Dalam dunia medis, apatis merupakan suatu keadaan yang menimpa individu dengan ciri ketumpulan moral dan seakan-akan tidak peka terhadap rasa sakit yang dideritanya sehingga mengakibatkan penderitanya malas untuk berpikir dan bergerak untuk melakukan sesuatu.[2]

Ciri[sunting | sunting sumber]

Sikap apatis sering dianggap sebagai sindrom atau kumpulan gejala. Ciri yang sering muncul adalah perilaku tidak produktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari, kurangnya motivasi meraih keinginan atau cita-cita, tidak peduli dengan tujuan yang sudah direncanakan untuk dicapai, hilangnya keinginan memperhatikan atau merawat diri, keinginan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial sangat rendah atau cenderung tidak sama sekali, tidak memiliki respons emosional yang baik terhadap kabar baik atau kabar buruk, sulit menunjukkan bentuk perasaan apapun, baik senang, maupun marah.[3] Selain itu, orang yang bersikap apatis cenderung tidak akan menghasilkan kreativitas atau karya apa pun. Hal ini terjadi karena ego dalam dirinya sangat dominan sehingga tidak akan mengalami perkembangan hidup dan sudah tidak memiliki daya saing.[4]

Jenis[sunting | sunting sumber]

Jenis apatis ada tiga. Pertama, apatis emosional dengan ciri orang yang kurang memiliki emosi positif dan emosi negatif. Kedua, sikap apatis dengan ciri orang yang kurang memiliki inisiatif untuk memulai sesuatu dengan dorongan dari dirinya sendiri. Ketiga, apatis umum dengan ciri orang yang kurang memiliki respon emosional dan motivasi, serta tidak ingin terlibat dalam hubungan sosial. Selain itu, ada juga yang disebut dengan bystander apathy yang memiliki ciri tidak berminat sama sekali pada fenomena atau tidak peduli terhadap orang lain yang sangat membutuhkan uluran tangan atau bantuan. Berikutnya ada yang disebut compassion fatigue, yaitu Kelelahan emosional pada rasa belas kasih, sehingga tidak ada lagi rasa peduli terhadap orang lain.[5]

Dampak[sunting | sunting sumber]

Sikap apatis dapat merugikan diri sendiri atau orang yang berada di sekitarnya. Pertama, dampak yang dihasilkan adalah kurangnya kontrol sosial yang disebabkan oleh sikap tidak perduli atau sama sekali tidak menaruh minat pada berbagai hal. Kedua, orang apatis dan orang yang berada di sekitarnya cenderung kesulitan berkembang, karena kurangnya kesadaran atau kepedulian kepada diri sendiri, orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Ketiga, adanya potensi individualisme dalam suatu kumpulan masyarakat sehingga memperkuat setiap orang tidak perduli dengan sesamanya. Keempat, sikap apatis dapat berpotensi menimbulkan masalah yang sangat besar, seperti perselisihan atau juga perpecahan antara masyarakat dan menjadi bahaya laten yang dapat menjadi ancaman rapuhnya persatuan.[6]

Upaya penanganan[sunting | sunting sumber]

Beberapa terapi potensial, seperti terapi stimulasi kognitif atau stimulasi elektroterapi kranial sangat diperlukan untuk menangani apatis kronis. Langkah-langkah mengatasi sikap apatis antara lain mendorong diri agar bergaul dan banyak menghabiskan waktu bersama rekan-rekan dalam suatu perkumpulan, melakukanapa saja yang sangat disukai, seperti menonton konser atau film bersama orang terkasih, mengambil kursua atau kelas terapi seni (musik, seni rupa, tari), mencoba melakukan kegiatan olahraga secara rutin, memberi penghargaan kepada diri sendiri setelah menyelesaikan kegiatan yang telah direncanakan, tidur dengan waktu yang cukup setiap malam, bergabung dengan pendukung orang-orang apatis yang ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik.[7]

Bidang politik[sunting | sunting sumber]

Dalam bidang politik, sikap apatis digambarkan pada suatu keadaan dimana masyarakat sudah tidak mau terlibat dalam dunia politik dan sama sekali tidak percaya terhadap berbagai institusi politik yang ada. Lebih spesifik gambaran orang yang apatis di bidang politik adalah tidak cukup tertarik politik, tidak tertarik pada persoalan politik, tidak pernah atau jarang sekali berdiskusi tentang politik, tidak mengidentifikasi diri dengan partai politik, tidak cukup memiliki keyakinan bahwa dirinya bisa berpengaruh secara politik sehingga cenderung tidak berpartisipasi dalam politik.[8] Selain gambaran sikap apatis, ada juga faktor yang mendorong seseorang untuk apatis dalam bidang politik adalah konsekuensi yang harus diambil ketika aktif dalam politik, adanya anggapan bahwa aksi politik adalah hal yang sia-sia, dan lemahnya dorongan untuk berpartisipasi dalam bidang politik.[9] Sikap apatis dalam negara yang menganut politik demokrasi sangat berbahaya karena bisa mengarah kepada krisis legitimasi kekuasaan yang terakumulasi dalam sikap golput dalam setiap kancah politik yang diadakan oleh suatu negara.[10]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Tysara, Laudia (2021-10-20). Shidqiyyah, Septika, ed. "Apatis adalah Sikap Acuh Tak Acuh, Ini Penyebab, Ciri-Ciri, dan Dampaknya bagi Kehidupan". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-03-29. 
  2. ^ Nurudin; Dewi, Rahmah Cintya; Hafizhsyah, Kansa Rhana; Arum, Farah Sekar; Salsabila, Shelma; Naufaly, Yusril Rifqy; Abdi, Tegar Dewata; Cristy, Revinna; Dewata, Dicka Ayu (2020-06-01). Relasi Kuat antara Generasi Millenial dan Media. Malang: Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bekerjasama dengan Inteligensia Media (Intrans Publishing Group). hlm. 34. ISBN 978-623-7374-75-6. 
  3. ^ Hapsari, Annisa (2021-02-23). "Ternyata, Ini yang Dimaksud dengan Sikap Apatis!". Hello Sehat. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  4. ^ Muhammadiyah, Penulis Serikat Taman Pustaka (2018). The Spirit of Dauzan: Gagasan dan Aksi Pegiat Literasi Muhammadiyah. Bandung: Titah Surga. hlm. 27. ISBN 978-602-498-124-2. 
  5. ^ Putri, Devani Adinda (2021-01-28). "Apatis (Tidak Peduli): Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll". Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan - DokterSehat. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  6. ^ Widyananda, Rakha Fahreza (2020-07-01). Fahreza, Rakha, ed. "Apatis Adalah Kondisi Seseorang Bersikap Acuh Tak Acuh, Kenali Penyebab dan Cirinya". Merdeka.com. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  7. ^ Rahmawati, Dina (14-04-2020). "Merasa Apatis? Ketahui Tanda-tandanya Berikut Ini". SehatQ. Diakses tanggal 2022-03-30. 
  8. ^ Mujani, Saiful (2007). Muslim demokrat: Islam, budaya demokrasi, dan partisipasi politik di Indonesia pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 303. ISBN 978-979-22-2749-9. 
  9. ^ MAHENDRA, WISNU (2021). ILMU POLITIK Manifestasi Kumpulan Tugas Mata Kuliah Ilmu Politik. Bogor: GUEPEDIA. hlm. 92. ISBN 978-623-319-048-0. 
  10. ^ Faza, Fariz Al; Lestari, Puji (2020-07-01). "Sikap Apatis Pemuda terhadap Politik di Dusun Mekarsari Desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo". Unnes Political Science Journal (dalam bahasa Inggris). 4 (2): 51–54. ISSN 2621-6272. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]