Antisthenes

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 April 2013 12.28 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 43 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q179149)

Antisthenes
Lahirc. 445 SM
Athena
Meninggalc. 365 SM
Athena
EraFilsafat Kuno
KawasanFilsafat Barat
AliranMazhab Sinis
Minat utama
Asketisme, Etika, Lingusitik, Sastra, Logika
Gagasan penting
Memberikan fondasi terhadap filsafat Mazhab Sinis
Dipengaruhi
Memengaruhi

Antisthenes adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Sinis.[1] Dia adalah pendiri mazhab tersebut dan guru dari Diogenes dari Sinope.[2] Antisthenes adalah salah satu murid Sokrates, dan ia mengklaim diri sebagai penerus spiritual dari gurunya itu.[2] Sebelum Antithenes belajar pada Sokrates, ia pernah belajar pada filsuf Gorgias.[2]

Antisthenes tidak terlalu mementingkan konsep-konsep filsafat, melainkan mempelajari etika.[3] Etika dipandangnya sebagai bagian paling penting dari filsafat dan juga sebagai keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia.[3] Oleh karena itu, ia dan pengikut-pengikutnya meninggalkan pengajaran tentang seni, matematika, dan ilmu alam.[2]

Menurut sumber-sumber kuno, Antisthenes pernah menulis beberapa karya.[2] Karyanya yang paling penting adalah "Herkules" yang berisi etika ideal kehidupan menurut Mazhab Sinis.[2] Karya-karya lainnya berjudul "Cyrus", "Alcibiades", "Arkhelaos" yang isinya kritik terhadap tirani, "Politikus" yang isinya juga kritikan terhadap sistem demokrasi, dan "Sathon" yang merupakan polemik dengan Plato.[2] Plato menulis "Euthydemus" sebagai tanggapan atas tulisan dari Antisthenes tersebut.[2]

Riwayat Hidup

Antisthenes berasal dari kota Athena.[2] Diketahui bahwa ayahnya berasal dari Athena sedangkan ibunya adalah budak dari Thrake.[4][2] Karena itu, dia bukanlah tidak memiliki status penuh sebagai warga kota Athena.[2] Ia lahir sekitar tahun 445 SM dan meninggal di sekitar tahun 365 SM.[2][4]

Setelah itu, ia mengumpulkan murid-murid dan mengajar mereka di sebuah gymnasium yang bernama Kynosarges (dalam bahasa Yunani berarti tempat latihan anjing-anjing).[2][1] Gymnasium tersebut merupakan tempat pemujaan bagi Herkules.[2] Antithenes memilih tempat tersebut karena Herkules dianggap sebagai model terbaik bagi ajarannya Antithenes tentang kehidupan, ketahanan fisik, mengandalkan diri sendiri, dan juga kerja keras.[2] Nama "Sinis" berasal dari nama gymnasium tempat mereka berkumpul.[1][2]

Pemikiran

Tentang Tujuan Hidup Manusia

Antisthenes berpendapat bahwa manusia mempunyai keutamaan bila ia dapat melepaskan diri dari segala barang duniawi dan segala macam kesenangan, sebagaimana telah dipraktikkan oleh Sokrates.[1][4] Kesenangan adalah musuh yang menghalangi kebahagiaan manusia.[1] Seorang bijaksana tidak akan tergantung dari apa pun juga dan hidup dengan mencukupi dirinya sendiri.[1] Kemudian manusia harus bekerja keras dengan usaha-usaha dari tubuh maupun jiwa untuk melewati beragam tantangan, kesakitan, dan penderitaan.[4] Setelah ia berhasil dalam perjuangan tersebut, barulah manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati.[4]

Tentang Politik

Menurut Antisthenes, partisipasi dalam politik membahayakan moralitas seseorang.[4] Suatu konvensi tidak berlaku bila bertentangan dengan nilai-nilai keutamaan manusia.[4] Kemudian ia juga menyatakan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki dapat mengendalikan moralnya sendiri.[4] Ia memberikan contoh para pemimpin di masa lalu yang menurutnya sesuai dengan apa yang diajarkannya.[4]

Tentang Kenyataan

Untuk melawan konsep Plato tentang ide sebagai yang nyata, Antisthenes menyatakan bahwa hanya individu yang memiliki eksistensi nyata.[2] Oleh karena itu, yang dianggap nyata adalah yang bersifat badaniah dan dapat dirasakan.[2] Antisthenes berkata kepada Plato:

"O Plato, aku dapat melihat seekor kuda, tetapi aku tidak dapat melihat ide ke-kuda-an itu."[5]

Berkaitan dengan konsep tersebut, Antisthenes juga berpendapat bahwa setiap benda memiliki namanya masing-masing.[2][5] Di sini, setiap benda dianggap sebagai subyek yang nyata.[4][2] Karena itulah, tidak ada kontradiksi di dalam kenyataan, sebab ketika orang berbicara tentang hal yang berbeda, berarti ia menunjuk kepada kenyataan yang lain juga.[4][2][5]

Lihat Juga

Referensi

  1. ^ a b c d e f K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 92.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Inggris)Edward Zeller. 1957. Outlines of the History of Greek Philosophy. New York: Meridian Books. P. 125-128.
  3. ^ a b (Inggris)Albert A. Avey. 1954. Handbook in the History of Philosophy. New York: Barnes & Noble. P. 23.
  4. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris)I.G. Kidd. 1972. "Antisthenes". In The Encyclopedia of Philosophy Volume One and Two. Paul Edwards, ed. 130-131. New York: Macmillan Publishing.
  5. ^ a b c (Inggris)Frederick Copleston. 1993. A History of Philosophy Volume I: Greece and Rome. New York: Doubleday. P. 118-120.

Pranala Luar