Anemokori

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anemokori adalah salah satu metode penyebaran biji pada tumbuhan yang memanfaatkan agen pemencar berupa angin. Penyebaran biji pada suatu waktu dan tempat melalui anemokori ditentukan oleh arah angin.[1] Hembusan angin berperan menerbangkan spora atau biji ke tempat baru yang sesuai dengan habitat tumbuhnya menjadi tumbuhan baru.[1]

Ciri-ciri tumbuhan[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan yang dapat melakukan anemokori memiliki biji berukuran kecil, ringan, berbulu, berambut, atau bersayap. Anemokori dapat terjadi pada tumbuhan yang memiliki salah satu atau beberapa ciri-ciri tersebut. Biji kecil dan ringan merupakan ciri Orchidaceae dan spora jamur. Biji berbulu atau berambut merupakan ciri dari alang-alang dan kapuk. Sedangkan biji bersayap misalnya pada biji mahoni dan damar. Pada kondisi tertentu, anemokori dapat melalui buah yang bersayap, misalnya pada meranti dan tengkawang. Anemokori juga dapat terjadi karena angin mengguncang tangkai tumbuhan, sehingga biji dapat keluar melalui celah-celah. Tumbuhan yang mengalami kondisi ini ialah opium.[2]

Agen pemencar[sunting | sunting sumber]

Proses anemokori pada tumbuhan dilakukan dengan memanfaatkan alat bantu pemencar pada biji. Fungsi alat pemencar ini adalah menjauhkan biji dari tumbuhan induknya. Tujuan anemokori ini adalah mencapai tempat yang sesuai untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan jenis tumbuhan tersebut. Alat bantu pemencar antara lain berbentuk sayap atau bulu pada biji. Bentuk sayap juga dapat diperoleh dari bagian kulit buah atau mahkota bunga yang tipis dan mengering.[3]

Strategi pemencaran[sunting | sunting sumber]

Anemokori dapat dibagi menjadi tiga strategi pemencaran, yaitu penerbang (meteoranemokori), pemencaran dengan bergulung-gulung (kamaekori), dan pelempar (anemokori balistik). Kelompok tumbuhan penerbang umumnya memiliki diaspora serbuk, struktur tumbuhan yang menyerupai balon, diaspora berbulu yang menyerupai helaian benang atau rambut, maupun diaspora bersayap. Strategi pemencar bergulung-gulung umumnya dilakukan oleh biji tumbuhan yang menyatu dengan bagian buah yang mengering ketika telah masak hingga berwarna kecokelatan. Strategi pemencaran bergulung umum ditemukan pada Dipterocarpaceae. Pada anemokori dengan strategi pelempar, waktu dan kondisi pelemparannya beragam tetapi hanya terjadi pada buah kering. Ada buah kering yang memencarkan biji ketika masak dan pecah terbuka. Pada buah kering yang memancarkan biji dalam keadaan tertutup, bentuknya pipih sehingga menjadi sayap yang mampu menerbangkan keseluruhan buah yang di dalamnya mengandung biji.[4]

Kemampuan biji[sunting | sunting sumber]

Biji yang mengalami anemokori umumnya memiliki kemampuan dormansi. Kemampuan ini membuat biji hasil anemokori tidak akan menumbuhkan kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan semai bagi biji berikutnya. Dormansi membuat biji anemokori berperan secara ekologi dalam mempertahankan keberlanjutan jenis tumbuhan. Kelemahan dari biji anemokori yang memiliki kemampuan dormansi adalah peluang pertahananan hidup dan peluang pertumbuhannya rendah. Biji tidak akan langsung menumbuhkan kecambah beberapa saat setelah jatuh dari tumbuhan induknya.[5]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Paiman 2020, hlm. 60.
  2. ^ Paiman 2020, hlm. 61.
  3. ^ Latifah dan Sudarmono 2018, hlm. 1-2.
  4. ^ Latifah dan Sudarmono 2018, hlm. 2.
  5. ^ Latifah dan Sudarmono 2018, hlm. 11.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]