Alain Prost

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 April 2013 15.00 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 48 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q10494)
Alain Prost
Prost pada tahun 2009
Lahir24 Februari 1955 (umur 69)
Prancis Lorette, Loire, Perancis
Karier Kejuaraan Dunia Formula Satu
Kebangsaan Prancis
Tahun aktif19801991, 1993
TimMcLaren, Renault, Ferrari, Williams
Jumlah lomba202 (199 start)
Juara Dunia4 (1985, 1986, 1989, 1993)
Menang51
Podium106
Total poin768.5 (798.5)
Posisi pole33
Lap tercepat41
Lomba pertamaGrand Prix Argentina 1980
Menang pertamaGrand Prix Perancis 1981
Menang terakhirGrand Prix Jerman 1993
Lomba terakhirGrand Prix Australia 1993

Alain Marie Pascal Prost, OBE, Légion d'honneur (lahir 24 Februari 1955) merupakan mantan pembalap Formula Satu asal Perancis yang sudah empat kali merebut gelar juara dunia F1, dan menjadikannya orang ketiga yang meraih gelar juara dunia terbanyak selain Juan Manuel Fangio (5 gelar), dan Michael Schumacher (7 gelar). Dari 1993 hingga 2001, Prost memegang rekor sebagai pembalap dengan kemenangan terbanyak. Michael Schumacher kemudian memecahkan rekor 51 kemenangan Prost pada GP Belgia 2001. Prost juga menerima gelar sebagai salah satu atlet terbaik Abad 20 bersama Pelé, Muhammad Ali, Carl Lewis, dan Steffi Graf.[1]

Prost memulai balapan kartingnya pada usia 14 tahun saat ia berlibur bersama keluarganya. Ia lantas berkompetisi dalam berbagai ajang junior, di mana ia kemudian memenangkan kejuaraan Formula Junior Perancis dan Eropa tiga kali berturut-turut, sebelum bergabung dengan tim McLaren pada tahun 1980 di usia 25 tahun. Ia kemudian berkembang cepat di ajang F1 dan meraih kemenangan perdananya di rumah sendiri pada GP Perancis 1981, satu tahun setelah ia masuk ke F1, di mana saat itu ia bergabung dengan tim Perancis, Renault F1.

Selama 1980-an dan sampai awal 1990-an, Prost membentuk persaingan sengit dengan beberapa pembalap, terutama Ayrton Senna, dan juga Nelson Piquet serta Nigel Mansell. Pada tahun 1986, di lomba terakhir musim itu, Prost berhasil menjadi juara dunia setelah Nelson Piquet kandas saat melakukan pitstop dan Nigel Mansell tersingkir dari lomba. Ayrton Senna lantas bergabung dengan Prost di McLaren pada tahun 1988 dan keduanya kemudian memiliki rivalitas yang tinggi yang sering kali berbau kontroversial, termasuk tabrakan di Grand Prix Jepang 1989 yang memberikan Prost gelar juara dunia untuk ketiga kalinya. Setahun kemudian di tempat yang sama pula mereka bertabrakan lagi, tapi kali ini Prost, yang mengemudi untuk Ferrari, kalah. Sebelum akhir musim 1991 Prost secara mendadak dipecat oleh Ferrari karena berkata lantang dengan mengatakan bahwa mobil Ferrarinya mirip truk. Setelah cuti sementara pada tahun 1992, Prost bergabung dengan tim Williams di 1993, dan kemudian kembali menjadi juara dunia setelah juara 1992, Nigel Mansell keluar dari F1 untuk berkompetisi di CART. Sesaat setelah berhasil menjadi juara dunia 1993, Prost lantas memutuskan untuk pensiun, dan menyerahkan kursinya di Williams pada mantan rival beratnya, Ayrton Senna.

Pada tahun 1997, Prost mengambil alih tim F1 Perancis, Ligier, dan menjalankannya dengan nama Prost Grand Prix sampai bangkrut pada tahun 2002. Tim Prost saat ini turun bertarung di ajang Andros Trophy, yang merupakan kejuaraan balap di atas es.

Prost banyak disebut orang sebagai pembalap dengan gaya halus dan santai di belakang kemudi. Ia sendiri menyebut bahwa dirinya terinspirasi oleh idola pribadinya seperti Jackie Stewart dan Jim Clark.[2] Prost sering dijuluki sebagai "Profesor" berkat pendekatan intelektual dalam kompetisi balap F1. Ia dikenal terampil menyiapkan mobilnya untuk kondisi balapan, dan juga handal dalam menghemat rem dan ban di awal lomba, dengan harapan bisa digeber sampai akhir perlombaan.[3] Jurnalis olahraga bermotor Denis Jenkinson menjelaskan Prost sebagai: "orang yang sangat hangat dan simpel yang tidak bergantung pada semangat atau inspirasi. Ia juga tidak memanjakan diri dengan kecakapan memainkan pertunjukan atau beragam omong kosong. Ia memiliki tingkat disiplin mental yang tinggi di luar pemahaman kebanyakan orang."[4]

Kehidupan pribadi

Alain Prost pada Grand Prix F1 Kanada 2008.

Alain Prost lahir dekat Saint-Chamond, di département Loire, Perancis, dari pasangan André Prost dan Marie-Rose Karatchian. Keluarga Prost merupakan warga negara Perancis keturunan Armenia.[5] Prost memiliki satu adik bernama Daniel, yang meninggal karena kanker pada bulan September 1986. Walaupun memiliki postur tubuh yang pendek, Prost termasuk anak yang aktif dalam olahraga atletik saat sekolah, dan juga sangat antusias untuk ambil bagian dalam beragam olahraga sewaktu ia masih anak-anak. Olahraga yang ia tekuni antara lain: gulat, sepak bola, dan roller skating. Sempat mengalami patah hidung beberapa kali akibat bermain sepak bola.[6] Prost lantas terpilih sebagai pelatih tim sepak bola di sekolahnya, dan sempat bermimpi untuk menjadi pemain sepak bola nasional Perancis sebelum ia menemukan ajang balapan pada usia 14 tahun saat liburan keluarga.[7] Olahraga baru ini dengan cepat menjadi pilihan kariernya.

Prost menikah dengan Anne-Marie (lahir 14 Februari 1955). Mereka memiliki dua putra, Nicolas (lahir 18 Oktober 1981) dan Sacha Prost (lahir 30 Mei 1990). Prost juga memiliki seorang putri, Victoria. Pada 2008, Nicolas turun sebagai pembalap di kejuaraan F3000 Euroseries dengan tim Elk Motorsport.[8] Prost sempat tinggal di kota kelahirannya, Saint-Chamond, sampai ia dan timnya Renault turun di F1 di awal 1980-an. Pada bulan April 1983, keluarga Prost pindah ke Sainte-Croix, Swiss dan tak lama kemudian pindah lagi ke Yens, Swiss. Mereka tinggal di sana sampai November 1999, ketika mereka pindah ke Nyon di negara yang sama.[9]

Karier awal

Prost menjuarai beberapa ajang karting saat ia masih remaja. Pada tahun 1974 ia meninggalkan sekolah untuk menjadi seorang pembalap penuh, dan ia juga mendukung dirinya dengan menjadi ahli modifikasi mesin dan menjadi distributor go-kart. Salah satu prestasi terbesarnya adalah memenangkan kejuaraan gokart senior Perancis pada 1975 dan semusim turun di ajang Formula Renault Perancis[10][11] pada tahun yang sama, untuk selanjutnya pada tahun 1976 ia menjadi juara di Formula Renault.

Prost kemudian memenangkan kejuaraan Formula Renault Eropa 1977, sebelum pindah ke Formula Tiga (F3) pada tahun 1978, dan pada tahun pertamanya di ajang Formula Tiga, Prost hanya mampu meraih satu kemenangan saja. Pada tahun 1979 ia kemudian berhasil memenangkan kejuaraan F3 baik di dalam negeri Perancis dan regional Eropa (dengan koleksi 9 kemenangan dari 13 balapan). Hasil tersebut membawanya masuk sebagai nominasi pilihan bagi beberapa tim F1 saat itu. Setelah mempertimbangkan pilihan dengan hati-hati, ia memilih untuk bergabung dengan McLaren untuk musim F1 1980.[12]

Karier Formula Satu

1980: McLaren (bagian pertama)

Prost memulai kariernya dengan McLaren pada tahun 1980 bersama pembalap Irlandia John Watson. Pada debutnya di Argentina ia finish di tempat keenam yang berarti langsung mencetak poin di balapan perdananya, sesuatu yang dicapai oleh hanya segelintir pembalap. Prost menambahkan empat poin lagi selama musim 1980, dengan mencetak poin di Brasil, Inggris, dan Belanda. Prost finish di posisi 15 dalam klasemen kejuaraan pembalap, dengan poin yang setara dengan mantan juara dunia Emerson Fittipaldi. Meskipun menjalani musim debutnya dengan gemilang, Prost mencatatkan juga beberapa kecelakaan. Salah satunya adalah saat ia patah pergelangan tangannya dan menderita gegar otak ringan. Pada akhir musim, walaupun memiliki dua tahun tersisa di kontraknya, ia meninggalkan McLaren dan hengkang ke Renault. Prost mengatakan bahwa ia pindah ke Renault adalah akibat terlalu sering disalahkan sebagai penyebab kecelakaan.[12]

1981–1983: Renault F1

Mobil F1 Alain Prost tahun 1983: Renault RE40, yang nyaris saja mengantarkan dirinya menjadi juara dunia.

Prost kemudian bermitra dengan sesama pembalap Prancis René Arnoux di Renault untuk musim 1981. Wartawan olahraga bermotor Nigel Roebuck menuliskan laporan bahwa ada masalah rivalitas antara Prost dan Arnoux sejak awal musim 1981, Prost mengklaim dirinya akan langsung lebih cepat daripada rekannya yang lebih berpengalaman itu.[13] Sayangnya Prost tidak berhasil menyelesaikan dua balapan pertama musim 1981, karena terlibat tabrakan dengan Andrea de Cesaris di Long Beach dan dengan Siegfried Stohr di Jacarepaguá, tetapi ia lantas berhasil bangkit dengan mencetak podium finish pertamanya di Argentina. Ia kembali gagal pada empat balapan berikutnya sebelum akhirnya menang untuk pertama kalinya di balapan rumahnya di Perancis, dengan finish dua detik di depan pembalap senior yang juga merupakan mantan rekan setimnya, John Watson.[14] Prost lantas memenangkan dua balapan lagi selama musim 1981 yaitu di Hockenheimring dan Las Vegas. Prost lantas berada di posisi lima klasemen pembalap musim 1981, dengan hanya berselisih 7 poin saja dari juara dunia Nelson Piquet.

Prost memenangkan dua balapan pertama musim 1982 di Afrika Selatan dan Brasil. Ia nyaris saja menjadi juara pada empat balapan selanjutnya tetapi gagal karena beberapa kesalahan. Meskipun Prost gagal finish dalam tujuh balapan, Prost berhasil finish di posisi ke-4 klasemen pembalap, tapi dengan total poin yang lebih sedikit dibandingkan musim sebelumnya. Hubungannya dengan Arnoux memburuk lebih lanjut setelah GP Perancis. Prost berpendapat bahwa Arnoux, yang memenangkan perlombaan di Perancis, sebenarnya telah membuat perjanjian pra-lomba untuk mendukung Prost selama perlombaan, dan kemudian malah mengingkarinya saat balapan. Hubungannya dengan media Prancis juga memburuk. Prost berkomentar bahwa "Ketika saya pergi ke Renault wartawan menulis hal-hal baik tentang saya, tetapi pada tahun 1982 saya telah dianggap mereka menjadi seperti orang jahat."[13]

René Arnoux kemudian meninggalkan Renault pada tahun 1983, dan pembalap Amerika Serikat Eddie Cheever menggantikannya sebagai mitra baru Alain Prost. Prost meraih empat kemenangan untuk Renault selama musim 1983 dan berhasil menjadi juara kedua dalam klasemen pembalap, dua poin di belakang Nelson Piquet. Piquet dan tim Brabham yang konsisten di 1983 berhasil mengandaskan impian Prost dan Renault dalam beberapa balapan menjelang akhir musim. Prost, yang merasa tim terlalu konservatif dalam mengembangkan mobil, mendapati dirinya semakin bertentangan dengan keinginan manajemen Renault, yang menuduhnya sebagai kambing hitam karena gagal untuk memenangkan kejuaraan. Selain itu, para penggemar F1 Perancis rupanya masih mempersoalkan perjuangan pahit yang menyebabkan favorit mereka, René Arnoux, meninggalkan tim di awal 1983. Sebagai akibatnya, Alain kemudian dipecat hanya dua hari setelah balapan terakhir musim. Ia lantas kembali masuk untuk McLaren untuk musim 1984 dan beberapa hari kemudian ia dan keluarganya pindah rumah ke Swiss.[13]

1984–1988: McLaren (bagian kedua)

Alain Prost mengemudikan mobil McLaren MP4/2B di GP Jerman 1985.

Prost lantas pulang ke McLaren dan bergabung dengan juara dunia dua kali Niki Lauda pada tahun 1984. Ia lantas mendorong McLaren MP4/2 yang menggunakan mesin TAG-Porsche untuk bisa bersaing di barisan depan. Prost kehilangan kesempatan untuk menjuarai kejuaraan dunia setelah kalah dari Lauda di balapan terakhir dengan selisih setengah poin, walaupun sebenarnya Prost memenangkan tujuh lomba dan Lauda hanya lima. Balapan terbaik dari Prost adalah saat GP Monaco ketika saat itu ia secara kontroversial memenangi balapan setelah terlibat persaingan sengit dengan Ayrton Senna dan Stefan Bellof, dan kemudian Senna berhasil menyalip Prost namun aksi menyalipnya dibatalkan seiring keluarnya bendera merah tanda penghentian lomba akibat hujan lebat. Berdasarkan peraturan Formula Satu, Prost hanya menerima setengah dari sembilan poin yang biasanya diberikan untuk kemenangan.[15]

Pada tahun 1985 Prost menjadi orang Perancis pertama yang menjadi juara dunia F1. Ia memenangkan lima dari enam belas Grand Prix selama musim 1985 berjalan. Ia juga memenangkan GP San Marino, tapi didiskualifikasi setelah mobilnya diketahui memiliki berat yang tidak sesuai dengan peraturan.[16] Michele Alboreto kemudian dinyatakan sebagai pemenang di San Marino. Atas prestasinya di 1985, Alain Prost kemudian memperoleh gelar Légion d'honneur di negara kelahirannya, Perancis.

Niki Lauda pensiun pada tahun 1986, dan digantikan oleh juara dunia 1982, Keke Rosberg. Prost berhasil mempertahankan gelarnya, meskipun mobilnya berjuang melawan mobil Williams yang bertenaga mesin Honda, dengan duet pembalap Nelson Piquet dan Nigel Mansell. Keberuntungan datang pada Prost di GP Australia 1986[17], saat dimana ia bersama Piquet dan Mansell masuk menjadi kandidat juara dunia. Prost memiliki jumlah kemenangan yang sama seperti Piquet, tapi ia juga punya prestasi empat kali menduduki tempat kedua sementara Piquet tiga, dengan demikian Prost berhasil duduk di P2 klasemen sebelum balapan terakhir. Yang terjadi di Australia, Nigel Mansell mencoba bermain aman di P3 di belakang Piquet dan Prost (semua yang diperlukan untuk memenangkan gelar juara), namun kemudian Mansell mengalami kegagalan ban pada kecepatan tinggi, dan jatuh keluar. Tim Williams kemudian memanggil Nelson Piquet untuk mengganti ban sebagai pencegahan keselamatan, dan sekaligus menyerahkan kemenangan balapan --dan juara dunia-- kepada Prost.

Dengan Keke Rosberg yang pensiun dari Formula Satu di awal musim 1987, Stefan Johansson mengisi kursi McLaren untuk menemani Prost dengan bantuan uang dari Marlboro.[18] Meskipun McLaren bersama Prost tidak diunggulkan untuk musim 1987, ia berhasil menjadi penantang Piquet dan Mansell hampir sampai akhir musim, dengan memenangi tiga balapan dan memecahkan rekor Jackie Stewart total 28 kemenangan. Namun karena power mesin TAG kurang kuat dibandingkan Honda yang dimiliki Williams, Prost hanya mampu berada di P4 klasemen akhir dengan selisih 30 poin dari juara dunia Nelson Piquet.

Meskipun Nelson Piquet memenangkan gelar pembalap dan Williams memenangkan gelar konstruktor, Honda memutuskan untuk tidak meneruskan pasokan mesin untuk Williams karena penolakan dari Frank Williams yang menolak pemakaian Satoru Nakajima sebagai pembalap. Honda lantas pindah ke McLaren di 1988, dan Prost mendapatkan rekan setim yang baru, Ayrton Senna. Bersama Senna, Prost lantas terlibat rivalitas sengit, dan turut membantu McLaren mencatatkan poin tertinggi di 1988 dengan raihan 15 kemenangan dari 16 lomba. Prost nyaris saja menjadi juara dunia, tapi peraturan menyatakan bahwa hanya 11 dari 16 lomba yang diambil sebagai penilaian untuk kejuaraan dunia. Prost lantas menjadi kritikus utama aturan ini, yang kemudian akan menjadi sebuah revisi besar untuk F1 di musim 1990.

Musim 1989, Prost melanjutkan pertarungannya dengan Senna untuk perebutan gelar juara dunia. Mereka lantas bersaing ketat sampai akhir musim, dengan puncak pertarungan di GP Jepang 1989. Prost dan Senna bertarung secara kuat di balapan ini, dan bahkan mereka sampai bersenggolan dan kemudian terhempas saat masuk chicane.[19] Senna yang berhasil kembali masuk ke trek dan kemudian menyalip Alessandro Nannini memenangi lomba, tapi kemudian di diskualifikasi akibat insiden melawan Prost tadi dan dengan ditambah alasan bahwa Senna memotong chicane. Prost akhirnya dinyatakan sebagai juara dunia secara kontroversial setelah Ayrton Senna hanya dikenai denda akibat ulahnya tersebut.[20] Setelah kejadian tersebut, Prost memiliki keyakinan bahwa Honda dan Ron Dennis melihat Ayrton Senna sebagai masa depan tim. Dengan melihat kejadian di Suzuka, Prost ingat bahwa dia hanya memiliki satu mobil dengan maksimal empat atau lima mekanik, sementara rekan setimnya yaitu Arton Senna diberikan dua mobil dan 20 orang mekanik di sekelilingnya. Sebagai hasilnya, Prost mengumumkan sejak jauh-jauh hari di Juli 1989 bahwa ia akan mengundurkan diri dari McLaren dan Sang Professor ini akan segera bergabung dengan Scuderia Ferrari.[21]

1990–1991: Scuderia Ferrari

Alain Prost dan tim Ferrari di GP AS 1990.

Alain Prost masuk menggantikan Gerhard Berger di Ferrari dan bermitra dengan pembalap Inggris Nigel Mansell untuk tahun 1990. Sebagai juara dunia bertahan, Prost mengambil alih posisi sebagai pemimpin tim dan ia saat itu mengaku sudah lebih rileks dan rendah diri dibandingkan Mansell. Mansell sendiri sempat teringat satu peristiwa di Grand Prix Inggris 1990, ketika ia menyetir mobil yang tidak sama seperti biasanya. Mekanik mobil Prost kemudian melihat hal itu dan berprasangka bahwa Mansell memiliki mobil lebih bagus ketimbang Prost.[22] Prost yang tidak tahu hal ini secara ajaib berhasil memenangkan lima balapan untuk Ferrari tahun itu, di Brasil, Meksiko, Perancis, Inggris dan Spanyol. Prestasi paling mengagumkan adalah di Grand Prix Meksiko, di mana ia menang setelah memulai start dari posisi 13. Dalam kedua balapan yaitu di Meksiko dan Spanyol, ia memimpin Mansell dan Ferrari di posisi 1-2 sampai lomba selesai. Prestasi Prost yang bagus kembali mengantarkannya masuk ke dalam kandidat juara dunia. Tapi kembali lagi kisah GP Jepang 1989 terulang, dan Prost kembali lagi bertabrakan dengan Senna di Jepang, kali ini di tikungan pertama selepas start. Prost hanya berada di posisi kedua klasemen pembalap dengan selisih tujuh poin dari Senna dan Ferrari berada di P2 klasemen akhir konstuktor di belakang McLaren.

Pada tahun 1991, Mansell meninggalkan tim Scuderia, karena hubungan yang tidak stabil dengan Prost,[23] dan ia bergabung kembali ke tim lamanya, Williams. Pengganti Mansell adalah pembalap Prancis lainnya, Jean Alesi, yang telah memukau seisi grid F1 selama dua tahun sebelumnya di tim Tyrrell. Ferrari nampak memasuki masa penurunan, sebagian di antara masalah mereka adalah karena mesin V12 tidak lagi kompetitif terhadap mesin yang lebih kecil, yaitu versi V10 yang terkenal akan efisiensi bahan bakar dan juga berat yang lebih ringan. Sasis Ferrari, meskipun telah berulang kali di revisi besar-besaran sejak GP Perancis masih juga tidak mampu selevel dengan McLaren dan Williams. Prost tidak satupun memenangkan lomba di 1991, dan ia hanya mendapatkan posisi podium lima kali. Ia melampiaskannya kekesalannya pada tim Italia, publik Italia pun mengkritik Prost, dan Prost malah berbicara lantang dengan mengatakan bahwa mobil Ferrari-nya tidak lebih baik daripada truk.[24] Sebagai akibatnya, ia lantas dipecat sebelum akhir musim, tepat sebelum Grand Prix Australia.[25] Posisi Alain Prost kemudian digantikan oleh Gianni Morbidelli untuk balapan akhir musim 1991, dan oleh Ivan Capelli untuk musim berikutnya.

1993: Williams F1 (akhir karier)

Williams FW15, sasis yang digunakan Alain Prost di musim 1993.

Gagal mendapat tim dengan performa kompetitif, Prost memutuskan untuk cuti sementara di musim 1992, yang didominasi oleh Nigel Mansell di Williams-Renault. Setelah mendengar bahwa Prost akan kembali pada tahun 1993, Mansell meninggalkan Williams untuk membalap di seri CART. Prost dengan klausul kontraknya yang semakin rumit, meminta agar Williams tidak menarik pembalap sekaliber seperti Ayrton Senna pada tahun yang sama. Akhirnya sebagai mitra dipilihlah Damon Hill untuk menemani Prost di 1993. Pembalap sebelumnya, Riccardo Patrese hengkang ke Benetton karena muak dengan permintaan Prost tersebut.

Di musim terakhirnya di F1 ini, Alain Prost akhirnya berhasil memenangi gelar juara dunianya yang keempat kali, sekaligus yang terakhir, setelah membalap tanpa persaingan berarti dari Ayrton Senna dengan mobil McLaren-Ford yang buruk. Damon Hill sempat beberapa kali merepotkan Prost, tapi atas persetujuan tim, ia dilarang untuk mengalahkan seniornya tersebut. Di akhir musim di GP Portugal, Prost mengumumkan bahwa ia tidak akan menetap bersama Williams untuk 1994, dan Senna diumumkan sebagai penggantinya untuk musim 1994. Prost sendiri memutuskan untuk pensiun sebagai pembalap F1. Di balapan terakhir di Adelaide, Prost memeluk mantan rekan setimnya Ayrton Senna, dan meminta maaf apabila selama mereka bersaing dulu ada tindakkan dari Prost yang tidak berkenan di hati Senna. Prost sendiri kemudian dianugerahi gelar OBE dari Ratu Elizabeth II pada akhir tahun 1993. Rekor mengagumkan Prost adalah 51 kemenangan balapan (Michael Schumacher memecahkan rekor Prost tersebut di musim 2001). Selain itu, Sang Professor juga masih memegang rekor sebagai pembalap terbanyak yang melakukan start dengan mesin turbo (126 kali), dan menjadi pemenang paling banyak di GP Perancis untuk kategori pembalap tuan rumah. Sampai saat ini pun hanya Alain Prost-lah satu-satunya pembalap Perancis yang memenangi balapan di kandang sendiri.

Rivalitas

Persaingan dengan Ayrton Senna

Persaingan antara Prost dengan Ayrton Senna adalah salah satu persaingan yang terkemuka. Persaingan ini diawali pada musim 1988, ketika Senna bergabung dengan Prost di tim McLaren. Persaingan di antara keduanya paling terkemuka terjadi pada Grand Prix Portugal 1988, di mana Senna mencoba untuk memblok Prost dari mengambil pimpinan balap dengan "memaksa" Prost untuk berjalan berdekatan dengan tembok pit. Prost kemudian berhasil keluar dari pinggir mobil Senna, mengambil pimpinan, dan kemudian masuk pada tikungan pertama, namun dia tetap marah terhadap Senna atas maneuver berbahaya yang ia lakukan.[26]

Persaingan semakin menjadi intensif paska GP San Marino 1989, di mana kedua pembalap menyutujui di mana keduanya akan mendapatakan jalan masing – masing menuju tikungan pertama. Pada saat balapan dimulai, Senna segera meninggalkan garis awal dan Prost kemudian mengikutinya melewati tikungan pertama, tanpa memasuki jalan Senna. Kecelakaan Gerhard Berger pada putaran keempat menghentikan balapan. Pada saat dimulai kembali, adalah saat bagi Prost menjauh dibandingkan pembalap lainnya, namun Senna memaksa jalan dirinya untuk melewati Prost di tikungan pertama, yang menghancurkan perjanjian di antara keduanya pada awal balapan, membuat Prost sangat geram akan Senna.[27] Prost sendiri kemudian justru dimarahi oleh tim McLaren, yang agaknya mendukung Senna. Hal itu membuat dirinya memilih untuk bergabung dengan Scuderia Ferrari untuk musim 1990.

Persaingan ini mencapai puncaknya pada akhir musim 1989, di mana gelar juara dunia ditentukan di antara Senna dan Prost pada Grand Prix Jepang di Suzuka. Kedua pembalap McLaren bertabrakan di sebuah tikungan ketika Prost memblok usaha Senna melewati dirinya. Prost berjalan meninggalkan balapan ketika Senna kembali ke trek dengan secara illegal memotong tikungan. Walau kemudian ia memenangkan balapan, manuver tersebut membuat dirinya terdiskualifikasi. Setelah banding yang diajukan McLaren gagal, Senna diharuskan membayar denda 100.000 Dolar AS dan skors enam bulan. Hal ini membuat Senna menuduh bahwa Presiden FIA Jean-Marie Balestre menguntungkan Prost. Diskualifikasi Senna berarti membuat Senna secara hitungan matematis tidak mungkin menyalip total poin Prost, sehingga juara dunia tahun 1989 diraih oleh Prost. Terdapat banyak perdebatan mengenai apakah Prost sengaja menabrak Senna, atau apakah Senna terlalu berambisi dalam manuver pengambilan posisi, atau apakah kecelakaan ini hanya insiden balapan di antara dua rekan balap yang saling sakit hati.

Musim 1990 kembali memperlihatkan kedua pembalap kembali terlibat dalam kecelakaan. Saat itu, Senna memimpin di depan Prost, yang kini dengan Ferrari, dalam perebutan gelar juara dunia. Prost telah terkualifikasi di posisi kedua untuk balapan kedua dari akhir musim ini di Suzuka, Jepang, dan Senna berada di tempat pertama. Sebelum balapan, Senna telah menyatakan keberatannya bahwa sisi awal balapannya merupakan sisi yang kotor, yang berarti dia akan grip yang lebih sedikit dan karenanya ia akan memulai balapan lebih lambat dibanding dengan Prost, yang menurutnya memulai balapan di sisi yang bersih. Namun, keberatan Senna ini ditolak oleh FIA.[28] Pada awal balapan, Prost memulai balapan lebih baik, namun pada saat pengereman di tikungan pertama, Senna menolak untuk menjauhkan diri, sehingga menabrak Prost pada kecepatan 160 mpj (260 kpj). Hal itu membuat gelar menjadi milik Senna.[29] Prost yang hampir pension dari dunia olahraga, menyatakan, "Apa yang ia lakukan adalah menjijikan. Dia adalah pria tanpa nilai."[14] Setahun kemudian, Senna mengakui pergerakan yang dilakukan dirinya adalah pergerakan yang telah direncanakannya sebelumnya, dalam rencana bals dendam atas Prost yang mengambil keduanya keluar dari balapan di tikungan di tempat yang sama tahun sebelumnya dalam posisi yang hamper sama.[30]

Terdapat sebuah insiden kontroversial pada musim 1991. Prost yang tergabung bersama Ferrari tidak dapat untuk menantang Senna yang tergabung dengan McLaren, secara teratur. Pada GP Jerman 1991, Prost bertarung dengan Senna untuk posisi keempat. Namun, Prost merasa bahwa Senna bertahan dengan terlalu agresif dan memaksa Prost untuk mengambil tindakan penghindaran melalui jalan yang dapat digunakan untuk keluar. Prost kemudian membuat mesin mobilnya mati, namun dapat kembali dalam balapan. Ironisnya, Senna kehabisan bahan bakar pada putaran terakhir di tempat yang sama.

Prost kemudian mengambil cuti panjang pada tahun 1992, sementara Senna bertarung keras karena mobil McLaren-nya tak lagi kompetif untuk bertarung dengan tim Wiliiams. Ketika Prost mengumumkan bahwa dirinya akan bergabung dengan Williams untuk musim 1993 yang akan dating, Senna ingin bergabung pula dengan Williams, karena mereka merupakan tim terbaik. Namun, Prost memiliki klausul dalam kontraknya, di mana Prost melarang Senna sebagai rekan satu timnya, dan Senna yang sangat geram saat itu, menyebut Prost sebagai seorang pengecut selama sebuah konferensi pers di Sirkuit Estoril, Portugal.

Pada musim 1993, Prost dan Senna kembali melanjutkan persaingan mereka di arena balap. Prost dikawal oleh kepolisian setempat untuk menuju sirkuit Interlagos untuk Grand Prix Brasil, karena "permusuhan" Senna atas Prost.[31] Keduanya melanjutkan pertarungan di trek antara keduanya dalam Grand Prix Britania Raya di Silverstone, di mana Senna secara agresif, mempertahankan posisinya atas Prost. Pada Grand Prix terakhir Prost, yakni Grand Prix Australia, Prost ditarik ke atas oleh Senna menaiki tempat tertinggi podium untuk sebuah rangkulan.[32]

Pada 1 Mei 1994, Ayrton Senna meninggal dunia dalam Grand Prix San Marino. Prost menjadi salah seorang pengusung jenazah Senna.[33] Prost kemudian berbicara empat tahun setelah kematian Senna. Prost memberitahu Nigel Roebuck, seorang jurnalis Inggris, bahwa ia "selalu menolak untuk berbicara mengenai dirinya." Ketika Senna meninggal, Prost menyatakan bahwa "sebuah bagian dari dirinya juga telah mati", karena karier mereka telah begitu terikat dengan Senna.[34] Senna juga merasakan perasaan yang sama ketika Prost pensiun pada akhir musim 1993, ketika dia mengakui seorang sahabat dekatnya, bahwa dia menyadari begitu besar motivasi dirinya, datang dari pertarungan dengan Prost. Hanya beberapa hari sebelum kematiannya, ketika pengambilan film sebuah putaran di Imola untuk televisi Perancis TF1, dia disambut Prost, kemudian kepada seorang cendikiawan di saluran televisi tersebut, ia menyatakan, "Aku ingin menyabut kembali temanku Alain - kami semua merindukanmu...". Prost menyatakan bahwa dia sangat tersentuh oleh hal itu.[35]

Perbandingan dengan rekan setim

Dalam perjalanan kariernya, secara statistik, Alain Prost berhasil mengalahkan hampir semua rekan setimnya, di mana lima di antaranya merupakan juara dunia. Pengecualian hanya untuk musim 1984, saat ia dikalahkan Niki Lauda dengan setengah poin, dan di musim perdana Prost di 1980, di mana ia dikalahkan John Watson. Pada 1988, meskipun Prost secara statistik mencatatkan poin lebih banyak dibanding Ayrton Senna, namun secara regulasi hanya 11 dari 16 ronde balapan yang diambil sebagai penghitungan nilai untuk kejuaraan dunia, yang akhirnya dimenangi oleh Senna.

Musim Poin Prost Poin rekan
setimnya
Rekan setim
1980 5 6 John Watson
1981 43 11 René Arnoux
1982 34 28 René Arnoux
1983 57 22 Eddie Cheever
1984 71.5 72 Niki Lauda
1985 73 (76) 14 Niki Lauda
1986 72 (74) 22 Keke Rosberg
1987 46 30 Stefan Johansson
1988 87 (105) 90 (94) Ayrton Senna
1989 76 (81) 60 Ayrton Senna
1990 71 (73) 37 Nigel Mansell
1991 34 21 Jean Alesi
1993 99 69 Damon Hill

Kehidupan setelah pensiun

Selama tahun 1994 dan 1995, Prost bekerja sebagai narasumber untuk saluran televisi Perancis, TF1.[36] Dia juga bekerja sebagai humas untuk tim Renault.[36] Prost kemudian kembali ke tim lamanya, McLaren, dan bekerja sebagai penasihat teknik, dan juga berkompetisi dalam L'Étape du Tour, sebuah acara tahunan terbuka untuk umum yang mengambil tempat sebelum Tour de France.[36] Walau bukan balapan resmi, para pembalap bertarung keras untuk posisi terdepan. Prost sendiri meraih posisi ke-12 di kategorinya, dan posisi ke-42 untuk keseluruhan dari 5.000 pembalap.[36]

Prost Grand Prix

Pada musim 1989, Prost mulai memikirkan untuk memulai timnya sendiri, karena hubungannya dengan rekan satu timnya, Ayrton Senna, mulai berubah pahit. Prost dan John Barnard, yang merupakan mantan kepala perancang di McLaren, mulai mendirikan tim pada 1990. Namun, kurangnya sponsor membuat hal ini menjadi tidak mungkin, sehingga Prost memutuskan untuk pindah bersama Ferrari. Setelah bertengkar dengan Ferrari pada akhir tahun 1991, Prost menyadari dirinya tanpa tim untuk tahun 1992, setelah gagal dalam negosiasi ekstensif dengan Guy Ligier, mengenai membeli tim Ligiernya. Prost memutuskan untuk bergabung dengan Williams pada tahun 1993.[37] Pada musim 1995, saat Prost bekerja untuk Renault, orang mulai berpendapat bahwa tim Prost-Renault dapat dibentuk dalam waktu dekat yang akan datang.[37]

Olivier Panis mengendarai Prost Grand Prix pada Grand Prix Kanada tahun 1998.

Pada 13 Februari 1997, Prost membeli tim Liger dari Flavio Briatore, dan menamainya "Prost Grand Prix"[38] Tiga hari paska pembelian, Prost menanda tangani kontrak tiga tahun dengan manufaktur mobil Perancis, Peugeot, yang memasok mesin tim pada musim 1998 hingga musim 2000.[38] Untuk musim pertama tim, Prost mempertahankan salah satu pembalap Ligier pada musim 1996 yang berkebangsaan Perancis, Olivier Panis, yang memenangi Grand Prix Monako pada tahun tersebut. Olivier Panis sendiri ditemani oleh pembalap Jepang, Shinji Nakano. Tim berlomba dengan mesin Mugen-Honda yang dipergunakan Ligier musim sebelumnya. Hal ini tampak menjanjikan pada awal musim, di mana tim meraih dua poin pada Grand Prix pertamanya di Australia, di mana Olivier Panis mengakhiri lomba di posisi kelima. Tim kemudian mencetak 13 poin lainnya, sebelum Olivier Panis mengalami patah kaki dalam kecelakaan pada Grand Prix Kanada. Dia kemudian digantikan oleh pembalap Minardi berkebangsaan Italia, Jarno Trulli. Dari situ, tim mulai mengalami penurunan dengan perlahan-lahan. Tim hanya mampu mencetak 5 poin selama proses pemulihan Panis. Panis kemudian kembali pada 3 akhir balapan. Prost GP akhirnya mengakhiri musim pertamanya di posisi keenam konstruktor, dengan meraih total 21 poin.

Prost kemudian menjadi presiden Prost Grand Prix pada awal musim 1998. Karena Peugeot telah memasok mesin untuk Prost GP, Mugen-Honda memutuskan untuk memasok untuk tim Jordan. Prost GP hanya mampu mencetak poin tunggalnya setelah Jarno Trulli mengakhiri Grand Prix Belgia di posisi keenam.

Musim 1999 menjadi musim krusial untuk Prost GP.[39] Prost kemudian merekrut John Barnard selaku konsultan teknik.[38] Perusahaan Teknologi Barnard B3 membantu Loic Bigois dan rancangan untuk AP02. Panis dan Trulli setuju untuk bersama dengan tim hingga akhir musim. Sementara mobil tidak dapat membuktikan diri menjadi perhatian utama, dan mesin Peugeot terbukti berat dan tidak dapat diandalkan.

Musim terakhir Peugeot menjadi pemasok mesin untuk Prost memperlihatkan sedikit optimisme. Prost kemudian merekut teman satu timnya di Ferrari musim 1991, Jean Alesi untuk menjadi pembalap utama dan juara Formula 3000 tahun 1999 asal Jerman, Nick Heidfeld untuk menemaninya. Musim ini ternyata kembali menjadi satu bencana lagi, di mana AP03 terbukti tidak dapat diandalkan dan sulit untuk dikendalikan. Hal semakin buruk ketika kedua pembalap terlibat dalam kecelakaan di Grand Prix Austria. Direktur teknik yang baru direkrut, Alain Jenkins, dipecat di pertengahan musim. Prost kemudian merestrukturisasi tim, dan merekerut Joan Villadelprat selaku direktur pengelola tim, serta merekrut Henri Durand selaku direktur teknik tim yang baru untuk menggantikan Jenkins.[38]

Musim 2001 memperlihatkan optimisme yang cukup tinggi untuk tim di mana Ferrari setuju untuk menjadi pemasok mesin tim. Prost GP mulai berjalan di jalan yang benar.[38] Namun, uang mulai berkurang pada awal musim 2002, dan Prost keluar dari bisnisnya, dengan meninggalkan hutang sekitar 30 juta Dolar AS.[38]

Setelah Prost GP

Alain Prost sedang membalap di ajang Trofi Andros musim 2009/10.

Pada musim 2002, Prost menghabiskan waktu dengan keluarganya dan berkompetisi dalam delapan balap sepeda, dan berada di posisi ketiga dalam Granite – Mont Lozère.[40] Prost juga membalap dalam seri balapan es Andros pada tahun 2003, dan meraih posisi kedua dalam kejuaraan tersebut, di belakang Yvan Muller.[41] Prost juga menjadi duta untuk Uniroyal, posisi yang dipegangnya hingga Mei 2006.[36]

Prost kemudian melanjutkan berkompetisi di Trofi Andros, dan memenangkan gelar dengan Toyota pada musim 2006/07 dan 2007/08.[42][43]

Untuk musim 2010, Aturan Olahraga FIA (Sporting Regulations) diubah, sehingga seorang mantan pembalap duduk di panel pengawas balapan (stewards). Prost merupakan salah satu pembalap pertama yang mengambil posisi ini, dalam Grand Prix Bahrain.[44]

Statistik

Musim ke musim

Musim Seri Tim Balapan Menang Pole F/Lap Podium Poin Posisi
1976 Formula Renault Perancis Martini Renault Team 15 12 7 0 12 ? ke-1
1977 Formula Renault Eropa Martini Renault Team 18 6 4 0 10 ? ke-1
1978 Formula Tiga Eropa Martini Renault Team 10 1 1 1 2 ? ke-9
1979 Formula Tiga Eropa Martini Renault Team 13 9 4 6 11 ? ke-1
1980 Formula Satu Marlboro McLaren 13 0 0 0 0 16 ke-5
1981 Formula Satu Equipe Renault Elf 15 3 2 1 6 43 ke-5
1982 Formula Satu Equipe Renault Elf 17 3 6 4 5 34 ke-4
1983 Formula Satu Equipe Renault Elf 15 4 3 3 7 57 ke-2
1984 Formula Satu Marlboro McLaren International 16 7 3 3 9 71,5 ke-2
1985 Formula Satu Marlboro McLaren International 16 5 2 5 11 73 (76) ke-1
1986 Formula Satu Marlboro McLaren International 16 4 1 2 11 72 (74) ke-1
1987 Formula Satu Marlboro McLaren International 16 3 0 2 7 46 ke-4
1988 Formula Satu Marlboro McLaren Honda 16 7 2 7 14 87 (105) ke-2
1989 Formula Satu Marlboro McLaren Honda 16 7 2 7 14 76 (81) ke-1
1990 Formula Satu Scuderia Ferrari 16 5 0 2 9 71 (73) ke-2
1991 Formula Satu Scuderia Ferrari 14 0 0 1 5 34 ke-5
1993 Formula Satu Canon Williams Renault 16 7 13 6 12 99 ke-1

Penghargaan

Tahun Penghargaan
1985 Autosport International Racing Driver Award
1994 Autosport Gregor Grant Award
1999 World Sports Awards of the 20th Century

Referensi

  1. ^ The Independent (London), Nov 21, 1999, Akses: 8 Maret 2008; Jet, December 13, 1999, Retrieved 8 March 2008; Prostfan.com - Profile. Akses: 8 Maret 2008.
  2. ^ Roebuck, Nigel (1986) Grand Prix Greats p. 131 Book Club Associates ISBN 0-85059-792-7
  3. ^ Hall of Fame — Alain Prost, Formula1.com. Paragraph 6. Diakses pada 16 Agustus 2006.
  4. ^ 8W — Who? — Alain Prost, Forix.com. Paragraph 24. Akses: 16 Agustus 2006.
  5. ^ Alain's Biography (1921–54), ProstFan.com. Diakses pada 22 November 2006.
  6. ^ Hall of Fame — Alain Prost, Formula1.com. Paragraf 2. Diakses pada 16 Agustus 2006.
  7. ^ Hall of Fame — Alain Prost, Formula1.com. Paragraf 1. Diakses pada 16 Agustus 2006.
  8. ^ - Nicolas' career year by year, 2003 - 2008, ProstFan.com. Diakses pada 24 Maret 2008.
  9. ^ Alain Prost Information, ProstFan.com. Diakses pada 17 Agustus 2006.
  10. ^ There were several national Formula Renault championships in Europe.
  11. ^ Alain Prost, GrandPrix.com. Retrieved October 2006.
  12. ^ a b Roebuck, Nigel Grand Prix Greats 1986, p. 126. Book Club Associates ISBN 0-85059-792-7
  13. ^ a b c Roebuck, Nigel Grand Prix Greats 1986, p. 129. Book Club Associates ISBN 0-85059-792-7
  14. ^ a b Hall of Fame — Alain Prost, formula1.com. Retrieved 7 October 2006.
  15. ^ Prost wins under a cloud of controversy, GPRacing.net192.com. Retrieved 25 January 2007.
  16. ^ "1985 San Marino Grand Prix". GPRacing.net192.com. Diakses tanggal 2006-10-07. 
  17. ^ "1986 Australian Grand Prix". GPRacing.net192.com. Diakses tanggal 2006-10-07. 
  18. ^ "8W - Who? - Alain Prost". Forix.com Paragraph 18. Diakses tanggal 2006-08-16. 
  19. ^ "Hall of Fame - Alain Prost". Formula1.com Paragraph 7. Diakses tanggal 2006-08-16. 
  20. ^ "Grand Prix Results: Japanese GP, 1989". GrandPrix.com. Diakses tanggal 2006-08-16. 
  21. ^ Senna, Ayrton (1 Oktober 1998). MOTOR SPORT (Wawancara). Wawancara dengan Alain Prost. ProstFan.com http://www.prostfan.com/senna2.htm. Diakses tanggal 18 Mei 2009.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  22. ^ Mansell, Nigel My Autobiography page 222 Collins Willow ISBN 0-00-218497-4
  23. ^ Murray Walker & Simon Taylor Murray Walker's Formula One Heroes p. 108, paragraph 2. Virgin Books, ISBN 1-85227-918-4
  24. ^ Zapelloni, Umberto. Formula Ferrari. Hodder & Stoughton. hlm. 17. ISBN 0-340-83471-4. 
  25. ^ Murray Walker & Simon Taylor, Murray Walker's Formula One Heroes p. 115, lines 6–9. Virgin Books, ISBN 1-85227-918-4
  26. ^ Grand Prix Results: Portuguese GP, 1988. Situs Grand Prix.com. Diakses pada 3 Juni 2010.
  27. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia Of Formula One. Hermes House. hlm. 72, baris 13–27. ISBN 1-84309-864-4. 
  28. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia Of Formula One. Hermes House. hlm. 75, baris 8–17. ISBN 1-84309-864-4. 
  29. ^ Hughes, Mark. The Unofficial Complete Encyclopedia of Formula One. Hermes House. hlm. 75, baris 18–29. ISBN 1-84309-864-4. 
  30. ^ Saward, Joe. Ayrton Senna attacks Jean-Marie Balestre. Situs Grand Prix.com, 1 Oktober 1991. Diakses pada 3 Juni 2006.
  31. ^ Allsop, Derick. Designs on Victory: On the Grand Prix Trail With Benetton. Hutchinson. ISBN 0-09-178311-9. 
  32. ^ Sebuah foto pada situs Farzads F1 Gallery.com. Diakses pada 4 Juni 2010.
  33. ^ Bagbey, Jordan. Ayrton Senna: Fourteen Years Later. Situs Bleacher Report, 30 April 2008. Diakses pada 4 Juni 2010.
  34. ^ Prost, Alain. Ayrton Senna. Situs Penggemar Alain Prost, 1 Oktober 1998. Diakses pada 4 Juni 2010.
  35. ^ Hamilton, Maurice. Frank Williams. Macmillan. hlm. 234. ISBN 0-333-71716-3. 
  36. ^ a b c d e Alain Prost - Curriculum Vitesse. Situs Penggemar Alain Porst. Diakses pada 4 Juni 2010.
  37. ^ a b Saward, Joe. Team Prost - a dream or reality?. Situs GrandPrix.com, 1 September 1995. Diakses pada 4 Juni 2010.
  38. ^ a b c d e f Constructors: Prost Grand Prix. Situs Grand Prix.com. Diakses pada 4 Juni 2010.
  39. ^ Denoues, Jean-Michel, Patrick Camus, Jean-Marc Loubat. Formula 1 99. Queen Anne Press. ISBN 1-85291-606-0.
  40. ^ Alain Prost 2002 - Bicycle Racing. Situs Penggemar Alain Prost. Diakses pada 5 Juni 2010.
  41. ^ Alain Prost - Winter 2003/2004. Andros Trophy Ice Racing Championship Standings. Situs Penggemar Alain Prost. Diakses pada 5 Juni 2010.
  42. ^ Alain Prost - Winter 2004/2005. Andros Trophy Ice Racing Championship Standings. Situs Penggemar Alain Prost. Diakses pada 5 Juni 2010.
  43. ^ Alain Prost - Winter 2005/2006. Andros Trophy Ice Racing Championship Standings. Situs Penggemar Alain Prost. Diakses pada 5 Juni 2010.
  44. ^ Beer, Matt. Prost joins stewards for Bahrain. AutoSport.com, 11 Maret 2010. Diakses pada 5 Juni 2010.

Pranala luar

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA