Akabiluru, Lima Puluh Kota

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Akabiluru)
Akabiluru
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenLima Puluh Kota
Pemerintahan
 • CamatNuzul Firman, S.IP, M.Si
Populasi
 • Total25,631 Jiwa jiwa
Kode Kemendagri13.07.13
Kode BPS1308011
Luas94,26 Km2
Nagari/kelurahan7 Nagari

Akabiluru adalah salah satu dari 13 kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Kecamatan yang sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kelarasan Koto Nan Bunta Batu Hampa ini dibentuk berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2001 dan diresmikan pada 22 Januari 2002. Kecamatan ini melingkupi tujuh nagari, yaitu Koto Tangah Batu Ampa, Batuhampar, Sariak Laweh, Sungai Balantiak, Suayan, Pauh Sangik, dan Durian Gadang.[1]

Geografis[sunting | sunting sumber]

Batas Kecamatan sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Payakumbuh dan Guguak, Selatan dengan Kabupaten Agam, Timur dengan Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Barat dengan Kabupaten Agam. Ibu Kota Kecamatannya adalah Padang Laweh, Nagari Sariak Laweh yang berjarak 26 Km dari Ibu Kabupaten Sarilamak.

Tofografi[sunting | sunting sumber]

Topografi Kecamatan Akabiluru berbukit dan bergelombang dengan ketinggian tempat terendah dari permukaan laut berada disekitar aliran persawahan Batang Lampasi Nagari Batu Hampa ( 540 m dpl), dan tertinggi adalah Bukit Runciang 1.100 m dpl.

Di kenagarian Batu Hampa. Bukit yang mengelilingi Kecamatan Akabiluru di antaranya adalah: B. Bajak,B. Kulit Manis, B.Tungku, B. Godang.B. Sarang Olang, B. Kanduang, B. Sagiriak, B. Siatang, B. Sulah, B. Runciang, B. Panjang, B. Kandang Kudo dan B. Lereng Karasak. B.Pinak.

Daratannya dialiri oleh Batang Agam, Batang Lampasi, Sungai Balantiak, Batang Lamparik, Batang Haruwar, dan Batang Sawah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk sumber pengairan sawah dan sebagai sumber Galian C sirtukil. Dan tempat PLTA Batang Agam.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Menurut Tambo[sunting | sunting sumber]

Dalam Barih Balabeh Luak Limopuluah, wilayah kecamatan akabiluru ini merupakan wilayah dari Ranah yang disebut dalam tambo sebagai Pasak Kunci Basi yang diberinama “ Ampang Panginang” berkedudukan di Sarik Laweh. Penghulunya Dt. Rajo Mangkuto, dubalangnya Dt. Sanggak Labiah, Pegawainya Dt. Panjang Aka.

Tujuan didirikan Pasak Kunci Basi di Sarik Laweh adalah untuk penghambat dan penahan musuh yang datang tiba-tiba, menerjang dan memukul yang bersenjatakan lembing selalu, suka mengikat kain sarung dipinggang, dan berpantang memakai alas kaki, supaya jangan masuk ke Luak Limopuluah sehinga tidak binasa adat dan limbago.

Zaman Belanda[sunting | sunting sumber]

Di zaman Belanda wilayah kecamatan ini merupakan satu Kelarasan yang bernama Kelarasan Batu Hampa dengan nagari ( Batu Hampa, Koto Tangah, Tigo Baririk, Durian Gadang, Sariak Laweh, Sungai Balantiak dan Suayan ).

Tuanku Lareh Batu Hampa terakhir bernama Rasad Datuk Penghulu Basa nan Kuniang yang berasal dari suku Piliang Tambun Ijuak Batu Hampa. Setelah kelarasan dihapus bulan November 1914 maka kelarasan Batu Hampa dengan kelarasan Koto Nan IV dijadikan satu onderdistrik Payakumbuh dari distrik Payakumbuh, Onderafdeling Payakumbuh, Afdeling Limapuluh Kota dengan langsung di bawah pemerintahan demang Sutan Simawang Sutan Tumangguang

Pada tahun 1914 ini Afdeling Limapuluh Kota terdiri 4 (empat) Onderafdeling yaitu: Payakumbuh, Suliki, Pangkalan Koto Baru, dan Bangkinang. Onderafdeling Payakumbuh dibagi dua distrik, yaitu: distrik Payakumbuh dan Luhak. Sedangkan distrik Payakumbuh terdiri dari tiga onderdistrik, yaitu: pertama onderdistrik Payakumbuh ( kelarasan Koto Nan IV dan Batu Hampa ), kedua onderdistrik Koto Nan Gadang ( Kelarasan Koto Nan Gadang dan Sungai Baringin ), asisten demang Alin Dt. Nan Rambai, dan ketiga onderdistrik Mungkar, as demang Ahmad Sutan Nagari.

Zaman Kemerdekaan[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kecamatan Akabiluru sejak kemerdekaan merupakan bagian dari .Kecamatan Payakumbuh. Sehubungan dengan luasnya Kecamatan Payakumbuh maka pada tahun 1986 dibentuk kecamatan perwakilan Payakumbuh di Akabiluru berpusat di Padang Laweh daerah paladangan yang terletak di daerah perbatasan antara kenagarian Batu Hampa dan kenagarian Sariak Laweh .

Menurut “ tutua nan badanga “ Nama Akabiluru ini diambilkan dari keinganan masyarakat di Batuhampa yang merupakan pusat pengembangan agama Islam di mana setiap manusia harus mempunyai ” Aka nan luruih ” artinya berdasarkan alam takambang jadi guru kata Aka ini mempunyai makna semantik dengan Akal bagi manusia dalam mengambil suatu tindakan seperti: Panjang Aka ( akal) sama dengan seorang yang mempunyai kerarifan didalammengambil tindakan . Banyak aka (akal) sama dengan sesorang yang mampu mengambil tindakan pada saat yang tepat. Aka (akal) nan luruih seseorang selalu bertindak sesuai dengan norma agama, hal ini digambarkan juga pada wilayah ini yang hanya mempunyai satu jalan yang lurus yang menghubungi semua nagari di dalam Kecamatan Akabiliuru ( dari Simpang Koto Tangah Batu Hampa sampai Ke nagari Pauh Sangik ) sehingga Aka (akal) nan luruih sampai saat sekarang berubah bunyi menjadi ” Akabiluru”

Dengan semangat otonomi daerah maka berdasarkan Perda No.14 Tahun 2001 Kecamatan Perwakilan Payakumbuh di Akabiluru dijadikan kecamatan defenitif dengan nama Kecamatan Akabiluru yang diresmikan pada tanggal 22 Januari 2002 dengan camatnya Bakhri, S.Sos

Nama-nama camat sejak kecamatan perwakilan tahun 1986 adalah: Marsal, BA (1986-1988), Marhenis, BA (1988-1990), Drs. Elnigra Riza (1990-1994), Mudahar, BA (1994-1997), Yan Agusra, S.Sos (1997-2001), Arianto, S.Sos ( 2001-2002) dan camat defenitif Bakhri, S.Sos ( 2002- 2004), Hidayatur Rusyda, S Sos (2004- 2005) Drs. Saiful (Jan2006–Des 2007 ),Drs. Ifon Satria Chan (2007-2008), Arwital.S.Sos (2009-2010), Herman Azmar. AP,M.Si (Januari 2011-sekarang)

Agama[sunting | sunting sumber]

Untuk menunjang kehidupan beragama di Kecamatan Akabiluru terdapat fasilitas tempat ibadah berupa Masjid (27 buah) Diantaranya 2 Masjid Tua di Nagari Batu Hampa Dan Koto Tangah Batu Hampa (Masjid Jamik Batu Hampa 1838 & Masjid Raya Piladang 1879) , Mushala (55 buah), dan Langgar (28 buah). Masyarakatnya 100 % memeluk agama Islam. Jumlah ulama 17 orang, mubalig 32 orang, penyuluh agama 13 orang dan khatib 27 orang.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Sarana pendidikan di Kecamatan Akabiluru yang telah tersedia baru pada tingkat pendidikan TK sampai SLTA. Sarana pendidikan TK berjumlah 18 (delapan belas) unit. Sarana pendidikan SD tersebar disemua nagari berjumlah 26 (dua puluh enam) unit. Untuk tingkat pendidikan SLTP negeri dan swasta berjumlah 3 (tiga) unit, SMP Negeri di Sarik laweh, Madrasah Tsanawiyah (MTs Swasta )Al Manaar di Batuhampar, Madrasah Negeri (MTsN) di koto tangah dan 2 tingkat SLTA (SMAN 1 Akabiluru di Piladang dan Madrasah Aliyah (MA Swasta) Al Manaar di Batuhampar).

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Dibidang kesehatan, fasilitas dan sarana kesehatan di Kecamatan Akabiluru juga masih sangat terbatas. Untuk melayani 7 Nagari yang ada hanya terdapat 2 unit Puskesmas, 8 unit Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes 3 unit dan Posyandu 38 unit. Adapun tenaga medis yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari 3 orang dokter, perawat 10 orang, 27orang bidan.

Pertanian dan Perkebunan[sunting | sunting sumber]

Di Bidang Pertanian, Kecamatan Akabiluru mempunyai potensi yang dapat diandalkan dalam peningkatan ekonomi masyarakat, dari total luas sawah 1.611 Ha yang diperkirakan luas panen 3.384 Ha dengan kisaran produksinya 16.717 ton GKG setiap tahun, tanaman lainnya adalah Ubi kayu dan jagung dengan produksi pertahun 4.030 ton dan 1.199 ton. Luas pertanaman perkebunan utama adalah, kopi 260 ha, coklat 177 ha dan kelapa 151

Peternakan Dan Perikanan[sunting | sunting sumber]

Sapi merupakan hewan ternak besar yang paling banyak terdapat di Kecamatan Akabiluru. Populasi Sapi adalah 2.751 ekor ternak Kerbau 2.015 ekor, Kambing 1.250 ekor .Selain itu, jenis unggas yang paling banyak terdapat adalah Ayam Petelur dengan populasi mencapai 40.800 ekor, Ayam Pedaging 171.270 ekor, Ayam Buras 10.579 ekor dan Itik 9.166 ekor,

Sementara luas Kolam adalah 83,90 ha dengan produksi 1.135,76 ton/tahun, luas penangkapan ikan diperairan umum dengan luas 66ha dengan produksi 6,41ton/tahun.

Pertambangan[sunting | sunting sumber]

Potensi Pertambangan Galian C yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Asli Nagari (PAN) apabila dikelola dengan baik oleh anak nagari adalah: Pasir dan batu berukuran kerekel (Sirtukil) banyak terdapat pada daerah aliran sungai (DAS) Batang Limpasi Kenagarian Sariak Laweh. Potensi Tanah Liat Piladang Kenagrian Koto Tangah Batu Hampa tersebar sampai kedaerah Guguak Nunang Situjuah apabila dikelola dapat dikembangkan menjadi sentra industri gerabah, batu bata merah, genteng dan lain-lain. Potensi Tanah Liat lainnya terdapat di Kenagarian Sungai Balantiak. Potensi bahan galian Kuarsit terdapat di Suayan Randah Kenagarian Suayan. Bahan galian ini belum begitu dikelola dengan baik oleh anak nagari.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Di Kenagarian Sariak Laweh terdapat Situs Kebudayaan berbentuk urang jadi batu/balah tingkuluak terdapat di jorong Niur Malambai. Di Kenagrian Koto Tangah Batu Hampa terdapat Situs Kebudayaan “ Batu Basurek “. Tempat Rekreasi di nagari Koto Tangah Batu Hampa adalah milik PLN,yaitu “ Batu Tando “ yang dikelola langsung oleh PLN.Dan Batu Bajari di Kenagarian Pauah Sangik.

Di Kenagarian Batu Hampa telah dikenal sejak Tahun 1840 merupakan pusat pendidikan dan pengembangan agama Islam yang dibawa oleh Syekh Abdurahman ( 1840 dia pulang dari Mekah ). Dan sekarang ini dikenal dengan sekolah ALMANAR.

Salah seorang dari anak Syekh Abdurahman bernama M. Jamil, terkenal cerdas, berani dan gagah, serta konsekuen dengan pendiriannya. Sifat-sifat ini telah diwarisi oleh anaknya “Mohammad Hatta” yang konon asal mula namanya adalah Mohammad ‘Athar (‘Athar semacam minyak wangi) itulah Proklamator Kemerdekaan RI dan wakil preseiden RI yang pertama.

Kerajinan[sunting | sunting sumber]

Kerajinan masyarakat yang dapat dikembangkan dalam peningkatan ekonomi masayarakat adalah anyaman ketiding bambu di Sariak Laweh, Pembuatan “lumbo” alat pembersih gabah padi di Batu Hampar, dan pembuatan kerupuk merah di kenagarian Koto Tangah Batu Hampar.

Pasar[sunting | sunting sumber]

Untuk memasarkan hasil pertanian dan membeli keperluan harian di Kecamatan Akabiluru terdapat Pasar Tipe A di Kanagarian Sariak laweh, Nagari Suayan, Batu Hampar, dan Pasar Piladang di Koto Tangah Batu Hampar.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Palanta, Admin (2020-01-17). "Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota". Langgam.id. Diakses tanggal 2024-01-17.