Air Kuning, Jembrana, Jembrana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Koordinat: 8°23′41″S 114°39′27″E / 8.394634°S 114.657429°E / -8.394634; 114.657429

Air Kuning
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenJembrana
KecamatanJembrana
Kode pos
82118
Kode Kemendagri51.01.05.2007
Luas2,71 km²[1]
Jumlah penduduk4.209 jiwa (2016)[1]
4.106 jiwa (2010)[2]
Kepadatan1.516 jiwa/km² (2010)
Jumlah KK1.826[1]


Air Kuning adalah desa yang berada di Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia.[3][4] Semboyan desa Yeh Kuning adalah Mastiote Pahewerdin yang artinya menggali mutiara untuk kemakmuran rakyat.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Utara Desa Mendoyo Dangin Tukad
Timur Desa Delod Berawah
Selatan Samudra Hindia
Barat Desa Perancak

Sejarah[sunting | sunting sumber]

I Made Wartono, Bendesa Adat Desa Yeh Kuning, mengatakan bahwa desa ini memiliki banyak cerita misteri yang berkembang di masyarakat mengenai latar belakang penamaan desa. Namun apa yang diyakini masyarakat selama ini, disertai dengan bukti kuat berupa peninggalan sejarah, yang masih terpelihara di Desa Yeh Kuning. Seiring perkembangan zaman, dilakukanlah pembebasan hutan, dimana yang mendapat jatah penuh adalah Desa Mendoyo Dangin Tukad dan Dauh Tukad.

Sementara itu, I Dewa Kade Mudiana, mantan Bendesa Pakraman Yehkuning, mengungkapkan bahwa sejarah keberadaan Desa Yeh Kuning erat kaitannya dengan ditemukannya telaga (bulakan) yang airnya berwarna kuning. Di lokasi telaga tersebut kini dibangun Pura Ulun Kuning yang sampai saat ini masih berdiri.

Dari penuturan tetua desa turun temurun, yang didukung dengan peninggalan sejarah, diceritakan sekitar tahun 1818, wilayah desa ini masih berupa hutan alang-alang. Meski demikian, beberapa penduduk sudah ada yang mendiami lokasi desa, walaupun jumlahnya sangat sedikit. Diantara warga tersebut, salah satunya bernama Pan Minding yang memiliki pengaruh besar bagi kelompok masyarakat sekitar. Pan Minding sendiri kesehariannya sebagai pengembala hewan peliharaan (pengangon).

Suatu hari, Pan Minding bersama rekan-rekannya mengembalakan ternak mereka di ujung timur Desa Yeh Kuning, dekat dengan perbatasan Desa Delod Berawah. Saat itulah, mereka menemukan telaga air yang sangat bening, dan mengalir dari arah timur desa menuju ke barat.

Karena penasaran, mereka memutuskan menyusuri aliran air tersebut, sekaligus ingin mengetahui darimana asal sumber air itu. Pada hulu sungai yang tidak lain merupakan sebuah telebusan air. Penemuan sumber air tersebut sangat aneh bagi mereka, karena tidak biasanya ada telebusan air berwarna kuning, seperti yang mereka saksikan saat itu. Karena hari sudah larut malam, mereka memutuskan untuk kembali keesokan harinya, untuk menguji apa sebetulnya yang menyebabkan air tersebut berwarna kuning.

Tepat keesokan harinya, Pan Minding bersama beberapa warga kembali ke telebusan Yeh Kuning. Dia kemudian mengambil batu dan dilemparkan ke dalam air tersebut. Seketika batu yang sebelumnya berwana kehitaman, berubah warna menjadi kuning saat dilihat dari atas permukaan air. Rasa penasaran Pan Minding semakin besar, dan memutuskan menyelam ke dalam air untuk mengambil batu yang tadi dilemparnya. Warga lain yang berdiri dipinggir telaga dan menyaksikan Pan Minding terjun ke dalam telaga menjadi kaget. Lantaran tubuh Pan Minding juga terlihat berwarna kuning keemasan. “Saat itu tidak hanya batu yang berubah warna, tubuh Pan Minding juga berubah menjadi berwarna kuning keemasan. Namun begitu muncul ke permukaan, dia kembali seperti semula, demikian juga batu yang dibawanya,” terang I Dewa Kade Mudiana, pria yang biasa disapa Dewa Aji ini.

Saat itu, menurut keterangan Pan Minding, bulakan tersebut memiliki dasar batu yang sangat halus dan besar. Tidak puas dengan apa yang ditemukan di sumber air yang ada di hulu tersebut, mereka selanjutnya memutuskan untuk mengikuti kemana aliran air tersebut bermuara. Setelah mengikuti aliran air, mereka berhenti di sebuah telaga, yang saat ini letaknya di Dusun Tengah. Ketika mereka mendekati telaga tersebut, baik Pan Minding maupun warga lainnya yang ikut mengikuti aliran air, melihat seekor buaya dengan kulitnya berwarna kuning keemasan. Namun buaya tersebut tidak menyerang mereka, karena Pan Minding beserta rombongannya tidak memiliki niat jahat.

Selang beberapa lama, penemuan telaga dengan air berwarna kuning oleh Pan Minding itu didengar orang-orang dari Kerajaan Jembrana. Sehingga saat itu, bagi warga Yeh Kuning yang hendak ikut berangkat bertempur ke Singaraja, terlebih dahulu memohon restu ke telaga yang dihuni buaya kuning itu. Dalam memohon restu tersebut, Raja Jembrana bersabda, kalau memang mereka bisa kembali dengan selamat ke Jembrana, maka tanah yang didiaminya akan diberikan nama Yeh Kuning.

Setelah perang usai, warga yang sebelumnya ikut berperang diketahui berhasil pulang dengan selamat. Akhirnya, sesuai sabda Raja Jembrana sebelumnya, daerah tersebut oleh raja diberi nama Desa Yeh Kuning.[5]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Penduduk desa Air Kuning sampai dengan tahun 2016 berjumlah 4.209 jiwa terdiri dari 2.081 laki-laki dan 2.128 perempuan dengan sex rasio 97,79.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d "Kecamatan Jembrana dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 4 Oktober 2019. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 132. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  5. ^ JawaPos.com (2019-01-28). "Berawal Temuan Telaga Berwarna Kuning yang Dihuni Buaya Kuning". JawaPos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-07. Diakses tanggal 2020-07-07. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]