Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 April 2013 04.12 oleh Addbot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 43 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q181923)

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

Epidemiologi

Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.

Patogenesis

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme).

1. Faktor lingkungan/psikososial

a. Konflik keluarga.

b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.

c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.

d. Orang tua terkena kasus kriminal.

e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).

f. Anak yang diasuh di penitipan anak.

g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.

2. Faktor genetik

Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme

a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.

b. Pengurangan volume serebrum.

c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.


Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan kontrol aktivitas diri.


Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD

Gejala Klinis

Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala, dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri, dan gangguan tidur.

Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.


3 Gejala Utama ADHD

1. Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,

a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.

b. Mainan, dll. sering tertinggal.

c. Sering membuat kesalahan.

d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).


2. Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,

a. Banyak bicara.

b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.

c. Sering membuat gaduh suasana.

d. Selalu memegang apa yang dilihat.

e. Sulit untuk duduk diam.

f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.

g. Suka teriak-teriak

3. Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,

a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.

b. Tidak sabaran.

c. Reaktif.

d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Gejala-gejala Lain

4. Sikap menentang

seperti,

a. Sering melanggar peraturan.

b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.

c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).


5. Cemas

seperti,

a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.

b. Cenderung emosional.

c. Sangat sensitif terhadap kritikan.

d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.

e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.


6. Problem sosial

seperti,

a. Hanya memiliki sedikit teman.

b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Riwayat yang Diduga ADHD

1. Masa baby – infant

- Anak serba sulit

- Menjengkelkan

- Serakah

- Sulit tenang

- Sulit tidur

- Tidak ada nafsu makan


2. Masa prasekolah

- Terlalu aktif

- Keras kepala

- Tidak pernah merasa puas

- Suka menjengkelkan

- Tidak bisa diam

- Sulit beradaptasi dengan lingkungan


3. Usia sekolah

- Sulit berkonsentrasi

- Sulit memfokuskan perhatian

- Impulsif


4. Adolescent

- Tidak dapat tenang

- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat

- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan


Tatalaksana

Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah,


- Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine

- Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat protein

- Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino


- Terapi behaviour

Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.


Referensi

http://www.klikdokter.com/illness/detail/47

http://netsains.com/2010/01/cara-cepat-membedakan-adhd-dan-autisme/